Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat bekerja sama dengan Mabes Polri telah mengambil langkah penting pascaterjadinya bencana alam. Upaya ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari bencana yang terjadi dan mengantisipasi potensi risiko di masa depan.
Dalam konteks ini, pihak terkait telah melakukan pemantauan serta pengambilan sampel kayu yang terbawa hingga ke pantai. Langkah tersebut diperlukan untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai kondisi di hulu sungai, yang sangat berpengaruh terhadap dampak bencana di beberapa lokasi di Kota Padang.
Keberadaan banjir yang melanda Palembayan, Kabupaten Agam, menjadi sorotan khusus. Pemantauan menggunakan drone dilakukan untuk meneliti lebih dalam mengenai kondisi hulu dan faktor-faktor yang dapat memicu bencana, terutama dengan curah hujan yang meningkat dalam beberapa hari terakhir.
“Di Agam, terdapat Daerah Aliran Sungai (DAS) Masang Kanan, yang hulu sungainya terpantau mengalami longsoran dengan luas cukup signifikan,” jelas Hartono. Data menunjukkan bahwa jarak longsoran itu kurang lebih lima hingga enam kilometer dari hulu DAS tersebut, yang keberadaannya berada di dalam Cagar Alam Maninjau.
Pemantauan citra satelit dua pekan sebelum kejadian menunjukkan kawasan tersebut dalam kondisi tegakan yang baik. Oleh karena itu, Hartono berharap akan ada koordinasi lebih lanjut dengan Tim Mabes Polri serta Polda untuk melakukan investigasi terkait peristiwa yang menyebabkan terjadinya banjir bandang.
Pentingnya Pemantauan dan Penyelidikan Pasca Bencana Alam
Pemantauan pascabencana merupakan langkah krusial dalam memahami pola dan faktor penyebabnya. Setiap langkah pemantauan mendalam diperlukan untuk memberikan informasi akurat tentang kondisi terkini dan langkah-langkah selanjutnya yang harus diambil.
Dalam konteks ini, penggunaan teknologi seperti drone menjadi sangat bermanfaat. Dengan pemantauan dari udara, pihak berwenang dapat melakukan penilaian yang lebih komprehensif terhadap daerah-daerah yang terdampak, sekaligus mengidentifikasi risiko yang dapat muncul ke depannya.
Bukan hanya itu, pengambilan sampel kayu yang terbawa banjir juga memberikan informasi berharga. Sampel ini bisa menunjukkan sejauh mana bencana ini berpengaruh terhadap ekosistem, termasuk flora, fauna, dan keberlanjutan lingkungan sekitar.
Koordinasi Antara Berbagai Pihak untuk Penanganan Banjir
Kerja sama antara BKSDA, Polri, dan instansi terkait lainnya penting dalam penanganan bencana. Melalui koordinasi yang baik, akan ada upaya terpadu untuk mengatasi masalah yang muncul akibat bencana alam ini.
Setiap lembaga memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing yang harus dijalankan secara efektif. Misalnya, lembaga konservasi bertanggung jawab untuk pemulihan lingkungan, sedangkan pihak kepolisian dapat membantu dalam aspek keamanan dan penegakan hukum terkait bencana.
Penting juga untuk melibatkan masyarakat dalam upaya penanganan bencana. Edukasi kepada masyarakat tentang langkah-langkah yang harus diambil saat terjadi bencana dapat meminimalisir dampak negatif yang mungkin muncul.
Peran Cagar Alam sebagai Pelindung Lingkungan
Cagar Alam Maninjau memiliki peran penting dalam melindungi ekosistem di sekitarnya. Kawasan ini berfungsi sebagai penyangga alami yang dapat mengurangi risiko bencana, seperti banjir dan longsor.
Dengan menjaga kelestarian fungsi ekosistem di dalam cagar alam, masyarakat akan mendapatkan manfaat lebih. Selain menjadi sumber daya alam, kawasan ini juga berfungsi sebagai tempat rekreasi dan pendidikan bagi masyarakat.
Namun, kegiatan manusia yang tidak terkelola dengan baik dapat menjadi ancaman bagi cagar alam. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi dan penegakan hukum yang ketat agar keberadaan cagar alam tetap terjaga.













