Harga hunian di Yogyakarta semakin melambung tinggi dan menarik perhatian banyak kalangan. Kota ini dikenal sebagai pusat pendidikan dan pariwisata, yang menjadi daya tarik bagi para investor untuk menanamkan modal di sektor properti.
Menurut Aidha Trisanty, seorang dosen di Universitas Islam Indonesia dan mantan praktisi perbankan, banyak investor luar daerah yang memanfaatkan peluang ini. Mereka berinvestasi dengan berbagai model bisnis, seperti pembangunan vila, homestay, dan perumahan berbasis sewa.
Hal ini menunjukkan bahwa permintaan hunian di Yogyakarta terus meningkat, sementara ketersediaannya terbatas. Dengan pertumbuhan permintaan yang tidak seimbang, terkadang harga rumah pun melambung tinggi, jauh di atas standar pasar yang seharusnya.
Dari sudut pandang Aidha, investor yang membeli tanah di Yogyakarta tampaknya lebih fokus pada potensi keuntungan daripada harga. Ini menciptakan pola konsumen baru, di mana harga bangunan bisa ditawarkan di atas nilai wajar dan tetap ada yang mau membayar.
Akibatnya, hal ini menyulitkan masyarakat dengan penghasilan tetap untuk membeli rumah, terutama warga asli Yogyakarta. Perumahan yang ada saat ini lebih banyak diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kemampuan finansial baik.
Dengan data yang menunjukkan harga rumah di Wedomartani, Aidha mencatat bahwa meski kondisi bangunan sudah tua, harganya bisa mencapai lebih dari Rp 1 miliar. Ini adalah angka yang tidak terjangkau bagi banyak pekerja dengan gaji rendah.
Marisa Jaya, yang menjabat sebagai Kepala Penelitian di Rumah123, mengungkapkan bahwa Yogyakarta mengalami pertumbuhan harga rumah seken yang signifikan. Dalam banyak kasus, kota ini bahkan melampaui laju inflasi nasional.
Pertumbuhan harga rumah seken di Yogyakarta mencapai angka 10,9% pada April 2025, mencerminkan tingginya minat investasi di daerah ini. Data ini jelas menunjukkan bahwa Yogyakarta tetap menjadi salah satu kota dengan kenaikan harga tertinggi di Indonesia.
Beberapa faktor pendorong pertumbuhan ini adalah pembangunan infrastruktur yang semakin maju, seperti jalur tol yang menghubungkan Solo dan Yogyakarta. Infrastruktur ini meningkatkan aksesibilitas dan daya tarik bagi calon pembeli.
Analisis Tren Harga Properti di Yogyakarta
Tren harga properti di Yogyakarta menunjukkan kecenderungan yang signifikan. Sementara itu, permintaan rumah semakin tinggi, sedangkan pasokannya stagnan. Banyak kalangan menilai situasi ini sebagai waktu yang tepat untuk berinvestasi.
Satu faktor penting adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang memengaruhi permintaan hunian. Pertumbuhan ini berasal dari para pelajar, pekerja, hingga pensiunan yang menjadikan Yogyakarta sebagai tempat tinggal.
Dengan berkembangnya berbagai sektor, Yogyakarta pun berperan sebagai magnet ekonomi. Hal ini menjadikan kota ini semakin diminati, baik oleh investor lokal maupun luar daerah.
Namun, meski menarik bagi investor, situasi ini dapat menambah tekanan bagi masyarakat menengah ke bawah. Mereka yang berpenghasilan rendah semakin terpinggirkan dalam hal kepemilikan rumah, karena harga yang terus meningkat.
Hasil survei menunjukkan bahwa banyak orang berusaha mencari solusi alternatif, seperti tinggal di daerah pinggiran kota Yogyakarta yang mungkin lebih terjangkau. Namun, ini bukan tanpa tantangan, terutama berkaitan dengan akses transportasi dan layanan publik lainnya.
Dampak Pembangunan Infrastruktur pada Harga Properti
Pembangunan infrastruktur di Yogyakarta berpengaruh besar terhadap harga properti. Dengan tersedianya akses transportasi yang lebih baik, daya tarik kawasan meningkat, begitupun dengan harga tanah.
Salah satu proyek infrastruktur yang mendapat perhatian adalah tol Solo-Yogyakarta. Kehadiran tol ini mempercepat mobilitas, tidak hanya bagi warga lokal tetapi juga pelancong dan investor.
Dari hasil analisis, jalur tol ini berkontribusi pada kenaikan harga rumah, terutama di kawasan yang dilalui. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan akan hunian yang dekat dengan akses jalan yang baik.
Tidak hanya tol, fasilitas publik lainnya seperti sekolah, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan turut berperan. Semakin lengkap layanan yang ada, semakin tinggi pula harga yang dapat ditawarkan oleh para pengembang.
Pembangunan fasilitas ini juga berimbas kepada kebijakan pemerintah dalam perencanaan tata ruang. Banyak pengembang yang berlomba-lomba mendapat izin membangun di area strategis.
Harapan untuk Masyarakat Kelas Menengah dan Bawah
Dengan melonjaknya harga hunian, masyarakat menengah dan bawah semakin kesulitan untuk membeli rumah. Ini menciptakan jurang yang semakin lebar antara segmen pasar yang mampu dan yang tidak.
Peneliti terus berusaha mengkaji bagaimana cara agar masyarakat berpenghasilan rendah dapat memiliki akses terhadap hunian yang layak. Solusi berupa rumah subsidi atau program pemerintah dapat menjadi salah satu jalan keluar.
Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal relevansi dan efektivitas program. Banyak rumah subsidi yang masih sulit dicapai oleh masyarakat yang membutuhkan.
Sementara itu, pola pembelian yang terus meningkat di kalangan investor membuat situasi semakin sulit. Apabila tidak ada intervensi dari pemerintah, bisa jadi Yogyakarta akan kehilangan identitasnya sebagai kota ramah hunian.
Untuk ke depan, diperlukan kebijakan yang lebih inklusif dan berorientasi pada masyarakat luas. Langkah-langkah ini sangat penting agar semua lapisan masyarakat bisa menikmati pertumbuhan dan kemajuan yang terjadi di Yogyakarta.