Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini mengeluarkan peringatan terkait tingginya gelombang yang diperkirakan terjadi di wilayah perairan Sulawesi Utara dan sekitarnya. Dengan ketinggian gelombang mencapai empat meter, banyak nelayan di Pantai Manado memilih untuk tidak melaut demi keselamatan.
“Kami memperkirakan akan ada gelombang tinggi hingga 10 November 2025,” ungkap Ricky D Aror, Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Bitung. Peringatan ini diambil setelah pemantauan kondisi cuaca yang kurang bersahabat di sekitar wilayah tersebut.
Menurut Ricky, tinggi gelombang yang signifikan antara 2,5 hingga 4,0 meter kemungkinan akan terjadi di berbagai perairan, termasuk Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud. Di sisi lain, gelombang sedang dengan tinggi antara 1,25 hingga 2,5 meter diprediksi melanda wilayah perairan Selatan Sulawesi Utara.
Perkembangan Cuaca Ekstrem di Sulawesi Utara
Saat ini, terdapat siklon tropis Fung-Wong yang terpantau berada di Samudra Pasifik, di utara Papua, dengan kecepatan angin maksimum mencapai 45 knot atau 83 kilometer per jam. Jalanan di pusat siklon menunjukkan tekanan udara 992 hPa, yang dapat mempengaruhi kondisi cuaca di sekitar wilayah pantai.
“Angin di perairan utara Sulawesi saat ini dominan dari arah Barat dengan kecepatan antara 6 hingga 25 knot,” kata Ricky. Kecepatan angin yang signifikan ini memunculkan potensi gelombang tinggi yang dapat membahayakan aktivitas nelayan dan pelayaran di sekitar area tersebut.
Pihak BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas di perairan. Gelombang yang tinggi dapat menyebabkan kecelakaan, sehingga keselamatan harus menjadi prioritas utama selama periode cuaca ekstrem ini.
Dampak Cuaca Terhadap Aktivitas Nelayan
Nampaknya peringatan ini telah membuat ratusan nelayan di garis pantai Manado memilih untuk menepi dan tidak melaut. Dengan kondisi cuaca yang tidak stable, ada kecemasan yang meningkat di kalangan masyarakat nelayan yang menggantungkan hidup mereka dari hasil laut.
Para nelayan yang biasanya beraktivitas di lautan kini terpaksa memarkir perahu mereka. Hal ini pun menjadi gambaran nyata dari dampak cuaca ekstrem yang tidak hanya memengaruhi mereka secara fisik, tetapi juga secara ekonomi.
Pentingnya Kesadaran Cuaca untuk Masyarakat Pesisir
Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman masyarakat akan informasi cuaca yang disampaikan oleh BMKG. Kesadaran akan perubahan cuaca dan dampaknya dapat membantu nelayan dan masyarakat pesisir mengambil keputusan yang lebih bijak dan aman.
BMKG terus berupaya memberikan informasi yang akurat dan cepat agar masyarakat dapat merespons dengan tepat. Langkah preventif seperti ini diharapkan dapat mengurangi risiko kecelakaan laut yang diakibatkan oleh cuaca ekstrem.
Selain itu, penyuluhan dan edukasi tentang cara mengenali tanda-tanda cuaca buruk juga menjadi kunci. Jika masyarakat pesisir lebih memahami perubahan cuaca, mereka dapat lebih siap menghadapi situasi darurat yang mungkin terjadi.
Peran Pemerintah dalam Mitigasi Risiko Cuaca Ekstrem
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mitigasi risiko yang dihadapi oleh nelayan dan masyarakat pesisir. Program-program sosial yang ditujukan untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan di laut perlu diperkuat, terutama di daerah rawan cuaca ekstrem.
Pengembangan infrastruktur yang mendukung keselamatan pelayaran juga menjadi fokus dalam program-program pemerintah. Misalnya, pelabuhan-pelabuhan yang lebih aman dan fasilitas penampungan untuk nelayan saat badai datang.
Dengan semua langkah tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih tangguh dalam menghadapi cuaca ekstrem. Keselamatan harus menjadi prioritas utama agar potensi bencana dapat diminimalkan.















