Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan dukungannya dalam penanganan darurat serta pemulihan pascabencana yang melanda Kabupaten Garut. Jembatan vital yang menghubungkan Desa Toblong dan Desa Sukanegara ambruk pada tanggal 11 November 2025, setelah curah hujan tinggi menyebabkan peningkatan debit air Sungai Cikaengan.
Hal ini sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari warga, dimana ribuan orang terhambat dalam mobilitas mereka. Kegiatan pendidikan dan ekonomi pun terdampak signifikan, karena fasilitas utama bagi dua desa tersebut kini tidak dapat diakses.
“Kerusakan jembatan ini telah berimbas langsung kepada masyarakat. Akses layanan dasar yang sangat diperlukan pun terganggu,” ujar Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Abdul Muhari.
Pemerintah desa sudah mengadakan langkah-langkah awal dengan memasang garis pengaman di lokasi kejadian untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, BPBD Kabupaten Garut juga mengerahkan tiga perahu karet untuk membantu warga yang perlu berpindah secara terbatas.
BNPB merespons dengan mengirimkan tim yang dipimpin oleh Kolonel TNI Hery Setiono untuk melakukan koordinasi di lapangan. Tim ini diberi arahan langsung dari Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, untuk segera menangani situasi yang ada.
Langkah awal penanganan dilakukan dengan membersihkan material yang tersangkut di aliran sungai. Kegiatan ini melibatkan berbagai elemen, termasuk BPBD, TNI, Polri, Vertical Rescue, serta masyarakat setempat dengan didampingi ahli konstruksi.
Fokus Penanganan Darurat oleh BNPB dan Pemerintah Setempat
Fokus penanganan darurat saat ini adalah untuk membersihkan material yang menghambat aliran sungai. Tim gabungan yang terdiri dari BPBD, militer, dan polisi berusaha sebaik mungkin menyelesaikan tugas ini.
Partisipasi masyarakat sangat penting dalam tahap ini, di mana mereka dilibatkan dalam proses pembersihan dan pemulihan. Melalui langkah ini, diharapkan mobilitas warga dapat kembali pulih secepatnya.
BNPB juga berencana untuk membangun jembatan gantung darurat sebagai solusi jangka pendek. Jembatan ini dirancang agar bisa digunakan hingga sepuluh tahun ke depan, memberikan akses yang lebih baik bagi masyarakat di dua desa tersebut.
Anggaran dan Rencana Pembangkitan Infrastruktur Baru
Jembatan darurat akan dibangun dengan anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) sebesar Rp290 juta. Anggaran ini diharapkan cukup untuk menyelesaikan pembangunan dengan waktu yang cepat namun tetap berkualitas.
Pembangunan jembatan ini juga menjadi langkah awal untuk memperkuat tebing dengan menggunakan bronjong. Hal ini penting untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Pemulihan pascabencana bukan hanya sekadar membangun kembali infrastruktur, tetapi juga mengembalikan kepercayaan masyarakat. Pemerintah berkomitmen untuk mendengarkan dan memenuhi kebutuhan dasar yang menjadi hak mereka.
Kolaborasi Antara Pemerintah dan Warga untuk Pemulihan
Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam penanganan bencana ini. Dengan tindakan cepat dan tepat, diharapkan semua masalah dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pihak swasta dan elemen masyarakat, sangat diperlukan dalam proses pemulihan. Setiap kontribusi, sekecil apapun itu, dapat memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan sehari-hari warga.
Dengan adanya jembatan darurat, diharapkan masyarakat dapat kembali menjalankan aktivitas sehari-hari mereka, termasuk pendidikan dan perekonomian. Ini adalah langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik pascabencana besar ini.













