Diskusi mengenai hutan kembali menjadi sorotan utama dalam Konferensi Perubahan Iklim COP30 yang berlangsung baru-baru ini. Forum ini telah menjadi ajang penting bagi negara-negara untuk menentukan langkah strategis dalam menghadapi krisis iklim yang semakin mendesak.
Di dalam forum resmi ASEAN, negara-negara di kawasan sepakat untuk memprioritaskan kehutanan sosial, solusi berbasis alam, serta pendekatan berbasis ekosistem dalam rangka menciptakan aksi iklim yang lebih efektif. Indonesia, sebagai salah satu negara yang memiliki hutan tropis terbesar, mengedepankan pentingnya peran hutan sebagai penjaga karbon dan sumber kehidupan masyarakat.
Pernyataan ini juga menggarisbawahi posisi Indonesia terkait pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup dan budaya masyarakat di Asia Tenggara. Dalam penekanannya, Julmansyah, Direktur Penyelesaian Konflik Tenurial dan Hutan Adat, menyatakan bahwa hutan membutuhkan pengelolaan yang berorientasi pada masyarakat adat dan komunitas lokal.
Peran Hutan dalam Strategi Aksi Iklim ASEAN
Hutan di kawasan ASEAN tidak hanya berfungsi sebagai ekosistem, tetapi juga sebagai pilar penting dalam strategi aksi iklim. Negara-negara anggota ASEAN telah sepakat bahwa keberlanjutan hutan adalah hal yang esensial untuk mencapai target-target iklim secara efektif.
Julmansyah menegaskan bahwa hutan yang sehat adalah dasar dari ketahanan iklim dan keberlanjutan ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi negara-negara di ASEAN untuk terus berkolaborasi dalam menjaga dan mengelola hutan secara berkelanjutan.
Inisiatif seperti Visi ASEAN 2045 menunjukkan keseriusan para pemimpin untuk menjadikan perlindungan lingkungan sebagai bagian dari agenda utama. Ini adalah langkah besar menuju keberhasilan dalam upaya global mengatasi perubahan iklim.
Keberlanjutan Melalui Praktik Komunitas Lokal
Komunitas adat dan lokal memiliki peran penting dalam pengelolaan hutan. Melalui praktik harian mereka, banyak dari mereka telah menunjukkan cara-cara inovatif dalam menjaga keanekaragaman hayati dan sourcing yang berkelanjutan.
Peran aktif masyarakat adat dalam pengelolaan hutan memberikan manfaat langsung dalam upaya keberlanjutan. Mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Dengan memberdayakan komunitas lokal, strategi pelestarian hutan dapat berjalan lebih efektif. Dalam konteks ini, kolaborasi antara pemerintah dan komunitas sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pentingnya Kebijakan Berbasis Masyarakat
Kebijakan yang mengutamakan kepentingan masyarakat adat dan komunitas lokal adalah kunci dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Dengan memahami dan memperhatikan kebutuhan masyarakat, pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan secara lebih adil dan efektif.
Julmansyah mencatat bahwa upaya keberlanjutan harus diakui sebagai bagian integral dari identitas budaya dan mata pencaharian mereka. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan perlindungan hutan tidak dapat terlepas dari keterlibatan masyarakat lokal.
Melalui pendekatan berbasis masyarakat, pengelolaan hutan menjadi lebih responsif terhadap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, semua pihak bisa mendapatkan manfaat dari hasil pengelolaan hutan yang baik dan berkelanjutan.















