Di Indonesia, program Makan Bergizi Gratis (MBG) tengah menjadi sorotan publik karena penolakan yang muncul dari Koalisi Warga Tolak MBG. Koalisi ini terdiri dari berbagai organisasi yang mengkhawatirkan dampak negatif dari program tersebut terhadap kesehatan anak-anak di tanah air.
Banyak pihak berpendapat bahwa meski pemerintah mengklaim program ini sebagai solusi untuk mengatasi stunting, realitasnya menunjukkan sebaliknya. Sejak diluncurkan, program ini telah menuai kritik karena tidak mampu menjamin pangan yang aman dan bergizi bagi anak-anak.
Dengan semakin banyaknya kasus keracunan, program MBG dianggap gagal memenuhi hak anak terhadap makanan sehat. Koalisi Warga Tolak MBG bahkan menekankan bahwa pendekatan yang dipilih pemerintah hanya memperburuk situasi gizi yang ada.
Komposisi Pangan dan Kualitasnya di Program MBG
Salah satu isu utama yang diangkat oleh Koalisi Warga adalah kualitas pangan yang disajikan dalam program MBG. Mereka mengungkapkan bahwa makanan yang diberikan bukan hanya tidak bergizi, tetapi juga mengandung bahan-bahan yang berpotensi berbahaya.
Kasus keracunan massal yang mencuat selama Januari hingga September 2025 menggambarkan kegagalan sistemik dalam pengelolaan pangan. Pemerintah, yang seharusnya melindungi hak anak, justru mempersembahkan pangan dengan kualitas yang memprihatinkan.
Menemukan makanan ultra proses dan minuman berpemanis dalam paket MBG sangat mengkhawatirkan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua perhatian ditujukan untuk kesehatan anak, melainkan lebih kepada penyediaan barang tanpa memperhitungkan dampak jangka panjangnya.
Dampak Negatif Program MBG Terhadap Anak-Anak
Lonjakan kasus keracunan yang terjadi di berbagai daerah menjadi bukti nyata tentang efek buruk dari program ini. Banyak anak mengalami dampak serius setelah mengonsumsi makanan yang disuplai dalam program MBG.
Koalisi ini mengungkapkan bahwa ribuan orang, terutama anak-anak, mengalami keracunan setelah menyantap makanan dari program tersebut. Hal ini menunjukkan ada yang salah dalam sistem pengawasan dan penjaminan kualitas pangan.
Dalam sebuah kenyataan, Koalisi Warga Tolak MBG menyerukan untuk menghentikan program ini. Menurut mereka, sangat penting untuk mengembalikan pemenuhan gizi anak kepada komunitas lokal agar lebih terjamin kualitasnya.
Mendorong Pelibatan Komunitas dalam Penyediaan Pangan Bergizi
Pentingnya melibatkan komunitas dalam penyediaan pangan bergizi telah menjadi sorotan dalam diskusi tentang program MBG. Komunitas dianggap lebih memahami kebutuhan dan preferensi lokal yang dapat meningkatkan kualitas gizi.
Dengan melibatkan masyarakat, pemerintah bisa memastikan bahwa pangan yang disuplai tidak hanya aman tetapi juga bernutrisi. Masyarakat lokal memiliki potensi untuk menciptakan solusi berbasis kearifan lokal yang lebih efektif.
Keberhasilan program pangan tidak bisa dicapai dengan pendekatan yang berfokus pada kontrol dari pusat. Sebaliknya, pendekatan desentralisasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di tingkat lokal dianggap lebih berkelanjutan dan efektif.