Pemerintah Kerajaan Thailand baru-baru ini mengumumkan masa berkabung nasional sebagai bentuk penghormatan atas meninggalnya Ibu Suri, Yang Mulia Ratu Sirikit Kitiyakara. Keputusan ini mencerminkan dedikasi dan kontribusi beliau selama hidupnya sebagai sosok penting dalam sejarah Thailand.
Pengumuman ini juga disertai dengan penyesuaian operasional di berbagai tempat wisata di seluruh negeri. Meskipun belum ada instruksi resmi dari pemerintah untuk menghentikan kegiatan publik, penyelenggara diimbau untuk beradaptasi dengan suasana berkabung yang berlaku.
Pemerintah menyadari bahwa banyak pelaku bisnis di sektor hiburan dan pariwisata mungkin telah menyiapkan berbagai acara sebelum pengumuman tersebut. Untuk itu, mereka disarankan untuk bertindak dengan hati-hati dan melakukan modifikasi yang diperlukan agar sesuai dengan suasana nasional yang berduka.
Selama masa berkabung ini, pengatur acara akan diharapkan untuk menyesuaikan format acara. Beberapa unsur perayaan dijadwalkan untuk ditunda tanpa batas waktu, menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap Yang Mulia.
Sejalan dengan itu, Biro Rumah Tangga Kerajaan Thailand telah mengumumkan bahwa Istana Agung dan Wat Phra Si Rattana Satsadaram (Wat Phra Kaeo) akan ditutup sementara. Penutupan ini dijadwalkan berlangsung dari 26 Oktober hingga 8 November 2025 untuk memfasilitasi upacara penganugerahan jasa kerajaan yang akan dilakukan bertepatan dengan pemakaman kerajaan Yang Mulia Ratu Sirikit.
Modifikasi Kegiatan Wisata dan Acara Publik di Thailand
Berdasarkan informasi dari Otoritas Pariwisata Thailand, beberapa kegiatan yang sudah direncanakan akan mengalami perubahan format. Hal ini bertujuan untuk menghormati masa berkabung yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Meski festival lilin dan Loi Krathong Sukhothai tetap berlangsung sesuai jadwal, namun kegiatan tersebut akan dimodifikasi agar tidak terkesan meriah secara berlebihan. Penghormatan kepada Yang Mulia akan dilakukan dengan menyalakan lilin tiap malam.
Kegiatan penghormatan ini direncanakan untuk berlangsung pada pukul 21.21 setiap malam. Format ini diharapkan dapat menciptakan suasana tenang dan reflektif di kalangan masyarakat Thailand.
Pesta kembang api yang biasanya menjadi salah satu daya tarik utama dalam festival akan disesuaikan. Hanya pertunjukan tradisional bergaya Sukhothai yang akan ditampilkan, tanpa adanya kemeriahan yang biasanya ada dalam acara tersebut.
Dengan begitu, masyarakat dapat menghormati kenangan Yang Mulia Ratu Sirikit dalam suasana yang lebih damai dan merenung. Pengaturan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menghargai tradisi dan nilai-nilai kemanusiaan.
Pengaruh Masa Berkabung terhadap Gaya Hidup Masyarakat Thailand
Masa berkabung ini mempengaruhi bukan hanya perayaan publik, tetapi juga gaya hidup sehari-hari masyarakat. Banyak yang mengambil langkah untuk mengenakan pakaian berwarna gelap sebagai tanda duka cita.
Dalam komunitas, orang-orang didorong untuk saling memberi dukungan dengan berbagi momen refleksi. Ini adalah kesempatan bagi masyarakat untuk bersatu merayakan kontribusi Ibu Suri di masa lalu.
Selain itu, banyak keluarga yang memilih untuk melakukan pengheningan cipta di rumah maupun di tempat umum. Ini bisa berupa doa atau sekadar berbagi cerita tentang kehidupan Yang Mulia kepada generasi muda.
Situasi ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya mengenang tokoh-tokoh yang menginspirasi. Hal ini juga memperkuat rasa kebersamaan di antara masyarakat, yang diharapkan dapat menumbuhkan semangat persatuan.
Kedepannya, pemerintah juga berencana untuk mengadakan berbagai acara pengingat yang lebih terencana. Ini dapat membawa kembali ingatan akan jasa-jasa yang telah diberikan oleh Beliau kepada negara dan rakyatnya.
Respon Positif dari Masyarakat dan Pengunjung Wisata
Dengan adanya pengumuman berkabung nasional, banyak pengunjung dan turis yang menunjukkan sikap memahami situasi ini. Mereka menghargai penyesuaian yang dilakukan oleh penyelenggara selama masa berkabung.
Beberapa turis bahkan menyatakan keinginan mereka untuk ikut serta dalam kegiatan penghormatan yang akan berlangsung. Ini mencerminkan rasa saling menghormati antar individu, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Setiap momen penghormatan yang dilakukan di tempat wisata menjadi sebuah pengalaman yang mendalam. Ketika masyarakat lokal dan pengunjung bersatu dalam doa dan penghormatan, momen tersebut menjadi sangat berarti.
Di sisi lain, bagi para pelaku bisnis, perubahan ini juga dapat berdampak positif dalam jangka panjang. Dengan memperlihatkan kemampuan beradaptasi, mereka akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat serta wisatawan.
Dengan demikian, masa berkabung ini tak hanya menjadi suatu periode duka, namun juga momen untuk refleksi dan peneguhan rasa cinta kepada Tanah Air dan sesama. Kekuatan komunitas dalam menghadapi masa sulit akan membawa pengaruh positif dalam banyak aspek kehidupan.















