Penemuan baru oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan adanya kandungan mikroplastik dalam sampel air hujan yang turun di Jakarta, menimbulkan keprihatinan tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga bagi pemerintah. Temuan ini menjadi sorotan utama bagi Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, yang menginstruksikan Dinas Lingkungan Hidup untuk mengkaji lebih dalam mengenai hasil penelitian tersebut.
Dalam pernyataannya, Pramono menegaskan pentingnya untuk memperkuat data yang diperoleh dari BRIN agar informasi yang disampaikan kepada publik lebih tepat dan akurat. Dia berharap hasil kajian tersebut dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai dampak mikroplastik bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat Jakarta.
Pramono juga mengungkapkan bahwa, meskipun Jakarta menghadapi tantangan lingkungan, ada sinyal positif terkait kondisi cuaca dan polusi yang menunjukkan perbaikan. Ini menjadi harapan bagi banyak pihak untuk menjaga kualitas lingkungan di ibu kota.
Pengaruh Mikroplastik Terhadap Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat
Ahli Kesehatan Lingkungan, Dicky Budiman, berpendapat bahwa fenomena air hujan mengandung mikroplastik ini bukan hanya masalah lokal tetapi juga global. Banyak negara di seluruh dunia mengalami hal serupa, yang menunjukkan bahwa mikroplastik telah menjadi isu serius yang perlu ditangani oleh semua negara.
Penelitian internasional menunjukkan bahwa mikroplastik tidak hanya ditemukan di daerah perkotaan, tetapi juga di kawasan terpencil seperti pegunungan. Hal ini mengindikasikan bahwa plastik dapat tersebar jauh melalui atmosfer, membawa dampak buruk terhadap berbagai ekosistem.
Contoh kasus di Amerika Serikat dan wilayah Alpen di Eropa menegaskan bahwa mikroplastik dapat mencapai tempat-tempat yang jauh dari sumber pencemaran. Fenomena ini menunjukkan urgensi untuk segera mencari solusi dalam mengatasi masalah ini.
Dinamikanya: Mikroplastik dan Siklus Global
Dicky mengungkapkan bahwa saat ini, mikroplastik telah menjadi bagian dari siklus plastis global, sebanding dengan karbon dan air. Hal ini mengarah pada keprihatinan mendalam tentang dampak jangka panjang terhadap planet kita. Situasi ini membuat masyarakat dunia harus lebih sadar akan penggunaan plastik dalam kegiatan sehari-hari.
Mikroplastik mengandung berbagai partikel yang berasal dari banyak sumber, seperti debu kendaraan dan serat dari pakaian sintetis. Proses pembakaran sampah plastik juga menyumbang pada produksi mikroplastik yang terlepas ke udara dan tanah.
Partikel-partikel ini sangat kecil dan mampu melekat pada uap air, sehingga mudah terangkut oleh angin dan jatuh kembali ke bumi bersama hujan. Ini yang disebut sebagai fenomena “plastic rain,” yang semakin memperburuk kualitas lingkungan kita.
Upaya Mitigasi yang Dilakukan Negara Lain
Berbagai negara telah mengambil langkah mitigasi untuk mengurangi paparan mikroplastik melalui kebijakan beragam. Negara-negara maju berfokus pada tindakan preventif dengan melarang penggunaan mikroplastik dalam produk kosmetik dan deterjen.
Di Jepang dan Korea, industri tekstil dan otomotif memiliki kewajiban untuk mengurangi emisi serat mikro, serta mendorong teknologi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Ini menunjukkan bahwa action plan mereka sejalan dengan upaya perlindungan lingkungan yang lebih luas.
Sementara itu, Perancis juga telah menerapkan regulasi yang mewajibkan setiap mesin cuci baru dilengkapi dengan filter mikroplastik, sebagai bentuk tanggung jawab dalam menjaga kebersihan lingkungan. Semua langkah ini dilakukan demi melindungi kesehatan masyarakat di masa depan.















