Akademisi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Rabiah Khairani Hasibuan atau lebih dikenal sebagai dr. Ani Hasibuan, memberikan pandangannya mengenai spekulasi pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto. Ia berpendapat bahwa masyarakat perlu menghadapinya dengan pikiran terbuka dan tanpa menyimpan kebencian, menghargai jasa setiap pemimpin dalam sejarah Indonesia.
Di tengah diskusi yang memicu beragam reaksi, Ani mengingatkan bahwa semua pemimpin memiliki kontribusi yang berbeda dalam menciptakan sejarah negeri. Dengan pendekatan yang lebih humanis, dia berharap masyarakat dapat melihat sisi positif dari setiap tokoh negara yang pernah berperan penting.
“Saya bukan ahli politik, tetapi saya menghormati kontribusi Pak Harto selama masa kepemimpinannya. Sudah seharusnya kita mengingatlah hasil kerjanya,” jelas Ani kepada wartawan baru-baru ini. Dia juga mengingatkan bahwa figur-figur seperti Megawati Soekarnoputri, Soekarno, SBY, Habibie, Gus Dur, Jokowi, dan Prabowo juga memiliki peran dalam pembangunan bangsa.
Menurut Ani, yang sangat penting untuk diingat adalah bahwa setiap pemimpin pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Masyarakat seharusnya tidak dilatih untuk mencari-cari kesalahan pada pemimpin, melainkan untuk memahami apa yang telah mereka lakukan demi negara.
Pentingnya Sikap Positif Terhadap Pemimpin
Rabiah menekankan pentingnya sikap positif masyarakat dalam menilai pemimpin-pemimpin Indonesia sepanjang sejarah. Setiap pemimpin memiliki kontribusi yang unik dalam kohesi sosial dan pembangunan bangsa, meskipun mereka tidak luput dari kritik. Dengan mengapresiasi jasa mereka, rakyat dapat belajar untuk saling menghormati.
Dia berpendapat, mengingat jasa baik para pemimpin bisa mendorong masyarakat untuk bersatu dalam menjalani masa depan. Dengan mengedepankan rasa hormat, hal ini bisa memperkuat rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Rasa cinta ini, menurut Ani, harus ditanamkan sejak dini kepada generasi muda.
Lebih jauh, Ani mencontohkan cara masyarakat di negara lain menunjukkan rasa hormat kepada pemimpin mereka. Seperti di Mekkah dan Madinah, di mana umat Islam mendoakan pemimpin mereka agar selalu diajarkan untuk berkeadilan dan amanah. Hal ini menunjukkan bahwa menghormati pemimpin bukan hanya isu lokal tetapi juga bersifat universal.
Dampak Negatif Dari Polarisasi Publik
Dalam konteks kebijakan publik, Ani mengingatkan bahwa polarisasi yang terjadi dapat membawa dampak negatif pada masyarakat. Ketika masyarakat terpecah akibat pendapat yang bertentangan, ini bisa menghambat dialog konstruktif yang seharusnya dibangun antara pemerintah dan rakyat. Diskusi yang sehat justru diperlukan untuk menemukan solusi terbaik bagi bangsa.
Dia juga menekankan bahwa seringkali perdebatan mengenai figur publik dapat menjadikan masyarakat terbuai dengan emosi negatif. Oleh karena itu, peran edukasi tentang menghargai jasa pemimpin sangat penting, sehingga masyarakat dapat memahami kompleksitas perjalanan sejarah tanpa terjebak pada penilaian sepihak.
Perdebatan ini bisa menjadi momen untuk merenungkan bagaimana masyarakat seharusnya menyikapi peran-peran penting dalam sejarah. Ini menjadi kesempatan bagi kita untuk menaikkan level percakapan, sehingga masyarakat tidak hanya menjadi penonton tetapi juga berperan aktif dalam proses demokrasi.
Refleksi Sejarah dan Cita-Cita Bangsa
Setiap pemimpin memiliki cerita tersendiri dalam membangun bangsa. Ani berharap agar masyarakat bisa mempelajari nilai-nilai yang ditinggalkan oleh para pemimpin tersebut. Yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mengambil pelajaran dari perjalanan mereka dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sejarah bukan hanya tentang siapa yang benar atau salah, tetapi tentang bagaimana kita dapat berkolaborasi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Ani yakin bahwa dengan mengedepankan sikap saling menghargai, kita dapat membangun jembatan antar generasi dalam menjalani cita-cita bangsa.
Melalui pembelajaran dari sejarah dan pengakuan terhadap jasa pemimpin, harapannya adalah untuk melahirkan generasi yang lebih kritis dan produktif. Dengan demikian, masyarakat dapat tenggelam dalam proses yang konstruktif dan penuh semangat dalam membangun masa depan yang lebih cerah.















