Banjir bandang yang terjadi baru-baru ini di wilayah tertentu menjadi sorotan serius. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa fenomena ini berkaitan dengan gempa bumi yang tidak terdeteksi oleh manusia, menyebabkan pergeseran kontur tanah yang berbahaya.
Dia menjelaskan, kejadian banjir bandang yang terjadi pada tahun 2003 berakar dari longsoran tanah di perbukitan Bukit Barisan, terutama di sepanjang Sungai Bahorok. Longsoran ini dipicu oleh kondisi kontur tanah yang curam, mudah bergerak, dan rawan terhadap pergerakan tanah.
Menurut Dwikorita, material longsoran seperti kayu yang tercabut dari akarnya berperan besar dalam menumpuk dan membendung hulu sungai. Saat musim hujan tiba, peningkatan volume air dapat menjebol bendungan alami yang terbentuk dari tumpukan materi longsor, yang selanjutnya mengakibatkan aliran deras air, tanah, dan kayu meluncur menghancurkan permukiman di sekitar sungai.
Pentingnya Waspada Terhadap Potensi Gempa Kecil yang Terjadi Secara Tidak Terlihat
Dwikorita mengingatkan akan perlunya peningkatan kewaspadaan sebelum bulan Desember mendatang. Potensi gempa kecil yang mungkin tidak terdeteksi manusia tetap dapat memicu pergeseran dan longsoran tanah yang berbahaya.
Ia juga mengimbau agar pemerintah daerah rutin memonitor kondisi sungai dan bukit sekitar untuk mendeteksi perubahan struktur tanah. Perubahan ini dapat berupa retakan atau tumpukan yang dapat kembali membendung hulu sungai.
Tindakan strategis dan koordinasi antara pihak-pihak terkait juga diharapkan. Koordinasi ini penting agar langkah mitigasi dapat diambil secara tepat dan efektif sebelum bencana lebih besar terjadi.
Usulan Mitigasi dan Kerja Sama Antara Pemerintah
Sebagai solusi konkret, BMKG mengusulkan agar material yang menyumbat dan menutup aliran sungai dihilangkan secara bertahap. Penghapusan ini sebaiknya dilakukan dalam kerja sama dengan pemerintah provinsi dan kabupaten setempat.
Keterlibatan berbagai pihak, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), juga sangat diperlukan. BPBD diharapkan memberikan informasi peringatan dini mengenai perubahan cuaca ekstrem kepada masyarakat.
Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi risiko bencana yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan potensi longsoran tanah. Sinergi antara lembaga harus dimaksimalkan untuk mencegah kerugian yang lebih besar.
Dukungan Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana
Bupati Langkat, Syah Afandin, menyambut positif perhatian Gubernur Bobby Nasution terhadap situasi di Bahorok. Dia mengapresiasi keseriusan pemerintah dalam pembangunan serta upaya perbaikan infrastruktur dan antisipasi bencana di daerah tersebut.
Menurut Syah Afandin, perhatian gubernur merupakan angin segar bagi masyarakat Langkat. Rasa syukur ini mengindikasikan adanya harapan baru dalam pengembangan wilayah yang lebih baik.
“Kami sebagai perwakilan masyarakat Langkat sangat berterima kasih atas perhatian yang diberikan oleh Pak Gubernur,” ujar Syah Afandin. Ia juga menyoroti pentingnya Bahorok sebagai destinasi wisata yang mendukung pertumbuhan perekonomian regional.