Ketua Badan Anggaran DPR, Said Abdullah, menyampaikan pentingnya memperkuat stimulus ekonomi melalui APBN 2025 untuk mempertahankan daya beli masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pemerintah bersama DPR melakukan rapat koordinasi untuk mengevaluasi situasi ekonomi terkini dan mencari solusi yang efektif.
Kesepakatan ini merupakan respon atas data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat. Langkah ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif bagi perekonomian secara keseluruhan di tengah ketidakpastian yang dialami.
Pentingnya APBN Sebagai Shock Absorber Ekonomi Nasional
Dalam kutipannya, Said menjelaskan bahwa APBN harus berfungsi sebagai shock absorber atau penyangga terhadap berbagai guncangan ekonomi yang mungkin terjadi. Penebalan stimulus ini perlu dilakukan dengan segera untuk menjawab tantangan yang ada saat ini.
Data dari BPS menunjukkan bahwa deflasi terjadi sebesar 0,08% pada Agustus 2025, dan sebagian besar disumbangkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Ini menunjukkan bahwa biaya hidup masyarakat semakin menurun, meskipun hal tersebut tidak sepenuhnya berdampak baik bagi daya beli.
Menteri Keuangan juga memberikan penjelasan dalam rapat tersebut, bahwa penting untuk beradaptasi dengan kondisi saat ini. Sementara itu, survei dari Bank Indonesia mengindikasikan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi sedang mengalami penurunan yang signifikan.
Analisis Penurunan Indeks Ekonomi dan Daya Beli
Indeks kondisi ekonomi dan keyakinan konsumen mengalami penurunan yang merugikan, sehingga diperlukan langkah-langkah yang strategis. Survei yang dilakukan menunjukkan penurunan yang signifikan pada indeks ekspektasi konsumen, yang mencerminkan kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian ke depan.
Menurut laporan juga, survei penjualan eceran dari Bank Indonesia mencatat adanya kontraksi 4,1% pada Juli 2025. Kondisi ini berlanjut dengan kontraksi 0,3% pada Agustus 2025, menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi di sektor ritel sedang mengalami kemunduran.
Data-data ini memberikan gambaran jelas bahwa adanya tekanan terhadap daya beli masyarakat perlu ditangani dengan serius. Oleh karena itu, pertemuan antara Banggar DPR dan pemerintah menghasilkan kesepakatan untuk memperkuat stimulus guna mempertahankan daya beli masyarakat.
Tindakan Strategis dalam Memperkuat Daya Beli Masyarakat
Pemangkasan pajak dan pemberian subsidi menjadi salah satu kebijakan yang sedang dibahas. Hal ini diharapkan dapat mengurangi beban masyarakat dan meningkatkan konsumsi yang berujung pada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Dalam konteks ini, pemerintah juga mempertimbangkan alternatif untuk mengalihkan subsidi kepada kelompok masyarakat yang lebih membutuhkan. Dengan langkah ini, diharapkan alokasi anggaran dapat lebih efisien dan memberikan dampak yang lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi.
Komitmen untuk menjaga daya beli masyarakat ini seharusnya menjadi prioritas dalam perencanaan APBN ke depan. Ketika masyarakat memiliki daya beli yang kuat, maka sirkulasi uang dalam ekonomi akan meningkat, dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan yang lebih positif.