Universitas Udayana (Unud) baru-baru ini menciptakan tim investigasi berkaitan dengan dugaan perundungan yang berhubungan dengan kematian seorang mahasiswanya yang bernama Timothy Anugrah Saputra, yang berusia 22 tahun. Keputusan untuk membentuk tim tersebut diambil setelah laporan mencuat, dan mendapatkan perhatian dari Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Brian Yuliarto menyebutkan bahwa instansi pemerintah mendukung langkah yang diambil oleh Universitas Udayana. Dia menegaskan bahwa pembentukan tim investigasi internal merupakan langkah penting untuk memastikan kejelasan atas peristiwa yang sangat menyedihkan ini.
“Kami sudah menerima laporan dari Bapak Rektor mengenai progres tim penyelidik,” ungkapnya di Jakarta Selatan pada 19 Oktober 2025. Rektor Universitas Udayana sudah mengambil tindakan awal untuk menyelidiki peristiwa tersebut dan memberikan pendampingan kepada keluarga dan pihak terkait lainnya.”
Menurut Brian, satu tujuan dari investigasi ini adalah untuk memastikan bahwa kondisi di kampus benar-benar kondusif. “Kami tidak ingin ada insiden serupa terjadi di lingkungan kampus,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kejadian ini seharusnya membuat seluruh kalangan akademik, termasuk di Universitas Udayana, lebih peka terhadap kondisi mahasiswa di lingkungan mereka. Penting bagi setiap individu untuk berkomunikasi dan menjaga saling peduli, apalagi di tengah tekanan psikologis yang mungkin tidak terdeteksi.
Penguatan Lingkungan Akademik yang Sehat dan Aman
Brian melanjutkan, pentingnya menciptakan atmosfer yang aman dan nyaman untuk semua mahasiswa. Kejadian tragis ini menjadi isyarat bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan kesehatan mental mahasiswa. “Tekanan mental sering kali tidak terdeteksi, sehingga perlu adanya komunikasi yang terbuka,” kata dia.
Dia menekankan bahwa civitas akademika harus berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung. Diharapkan semua mahasiswa bersinergi dalam menjaga kondisi tersebut agar permasalahan serupa tidak terulang.
Menanggapi situasi ini, banyak pihak mulai berdiskusi tentang bagaimana mendorong kesadaran akan isu kesehatan mental di kalangan mahasiswa. “Kami ingin memastikan kalau mahasiswa merasa nyaman untuk berbagi tentang masalah yang mereka hadapi,” tambahnya.
Brian juga berharap pendekatan tersebut bisa diadopsi oleh universitas-universitas lain di Indonesia. Lingkungan yang sehat adalah kunci sukses dalam belajar dan berinteraksi sosial.
Peran Komunikasi dalam Mencegah Terjadinya Kasus Serupa
Peran komunikasi yang efektif dianggap krusial dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa. Brian Yuliarto menegaskan bahwa kekuatan komunikasi dapat mencegah berbagai masalah psikologis sebelum berkembang menjadi lebih serius. “Kita harus membangun saluran komunikasi yang baik di antara semua pihak,” katanya.
Dengan terbukanya komunikasi, mahasiswa dapat merasa didengar dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. Mendorong adanya kegiatan yang memungkinkan mahasiswa berinteraksi dapat mengurangi rasa terasing yang sering dialami. “Setiap individu perlu merasa bahwa mereka memiliki tempat untuk bercerita,” ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa universitas perlu menyediakan platform bagi mahasiswa untuk berbagi pengalaman mereka, baik positif maupun negatif. Hal ini tidak hanya membantu meringankan beban psikologis, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan di lingkungan akademik.
Kesadaran akan pentingnya komunikasi ini berpotensi mengurangi insiden yang tidak diinginkan, termasuk perundungan dan masalah kesehatan mental lainnya. Menyediakan dukungan psikologis menjadi langkah penting bagi universitas dan lembaga pendidikan lainnya.
Investigasi sebagai Langkah Pertama Menuju Perubahan
Tim investigasi yang dibentuk oleh Universitas Udayana tidak hanya bertugas untuk menyelidiki kasus ini. Lebih dari itu, mereka juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan sistem yang lebih baik di masa depan. “Kami ingin ini menjadi momentum untuk melakukan perubahan yang positif,” jelas Brian.
Penting bagi semua universitas untuk belajar dari insiden ini dan menjadikannya sebagai pelajaran berharga. Universitas diharapkan untuk lebih proaktif mengidentifikasi potensi masalah di dalam komunitas mereka dan mengatasinya dengan langkah-langkah konkret.
“Kami mendorong setiap institusi untuk melakukan audit terhadap lingkungan mereka dan mengembangkan kebijakan yang lebih inklusif,” tambahnya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi mahasiswa ke depan.
Ketika mahasiswa merasa diperhatikan dan didukung oleh lembaga pendidikan mereka, hal itu dapat meningkatkan kinerja akademik dan kesejahteraan secara keseluruhan. Itulah sebabnya komunikasi yang baik dan responsif sangat diperlukan.
Secara keseluruhan, insiden tragis ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua. Masyarakat akademik dituntut untuk lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa. Dengan menciptakan lingkungan yang suportif dan terbuka, diharapkan terhindar dari tragedi serupa di masa depan.