Said menjelaskan bahwa doktrin pertahanan yang diterapkan oleh Presiden Prabowo Subianto masih berlandaskan sistem pertahanan semesta yang dirumuskan oleh Jenderal A.H. Nasution dalam karya terkenalnya, Pokok-Pokok Gerilya. Doktrin tersebut menekankan pentingnya partisipasi seluruh rakyat serta pemanfaatan sumber daya nasional dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negara.
Menurutnya, sifat dari sistem pertahanan semesta ini melibatkan seluruh komponen masyarakat dan juga sumber daya yang ada. TNI dan Polri menjadi kekuatan utama dalam sistem ini, didukung oleh rakyat yang terlatih untuk membantu dalam bela negara.
Said berpendapat bahwa sistem pertahanan ini masih sangat relevan di era modern ini. Hal tersebut dikarenakan ancaman terhadap negara tidak hanya muncul dalam bentuk perang konvensional, tapi juga dalam bentuk perang politik, ekonomi, budaya, hingga ancaman siber yang semakin mengkhawatirkan.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan dinamika global, peran masyarakat sipil menjadi semakin penting. Menurut Said, tenaga profesional dan ahli di berbagai bidang harus diintegrasikan dengan kekuatan TNI dan Polri untuk menghadapi tantangan baru yang kompleks ini.
"Perang modern tidak hanya terjadi di medan tempur, tetapi juga berlangsung di ranah nonkonvensional," tambahnya. Oleh karena itu, dukungan dari masyarakat yang terlatih dan memiliki keahlian profesional sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai potensi ancaman yang ada.
Pentingnya Minimum Essential Force dalam Pertahanan Nasional
Said menekankan bahwa pemenuhan Minimum Essential Force (MEF) merupakan langkah krusial untuk memastikan bahwa kemampuan dasar pertahanan nasional dapat berjalan dengan optimal. Upaya ini, menurutnya, memerlukan dukungan dari berbagai aspek, seperti organisasi, industri pertahanan, anggaran, serta profesionalisme para prajurit.
Dukungan organisasi yang kuat akan membantu TNI dan Polri dalam melaksanakan tugas serta fungsi mereka dengan lebih efektif. Selain itu, peningkatan anggaran untuk sektor pertahanan juga sangat penting untuk memperkuat kemampuan alat utama sistem senjata yang dimiliki.
Said juga menyatakan perlunya penguatan industri pertahanan dalam negeri. Dengan mengembangkan kemampuan industri lokal, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada negara luar dalam hal supply alat-alat pertahanan.
<p"Tentunya, peningkatan daya saing industri pertahanan akan menciptakan lapangan kerja baru. Selain itu, akan meningkatkan ketahanan nasional yang pada gilirannya berdampak positif terhadap perekonomian,” katanya.
Sekalipun tantangan dalam memenuhi MEF sangat besar, Said tetap optimis. Menurutnya, dengan kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta, visi untuk memiliki pertahanan yang kuat dan mandiri dapat tercapai.
Peran Strategis Masyarakat dalam Sistem Pertahanan
Dalam konteks sistem pertahanan modern, peran masyarakat tidak dapat diabaikan. Said menggambarkan bagaimana keterlibatan masyarakat dalam bela negara dapat menciptakan sinergi yang kuat antara kelembagaan keamanan dan sipil. Ini sangat penting dalam menghadapi ancaman yang semakin beragam.
Keberadaan komunitas yang terlatih dan memiliki kesadaran nasionalisme yang tinggi menjadi aset berharga bagi negara. Masyarakat yang peduli dan aktif dapat memberikan dukungan signifikan dalam situasi krisis.
Said juga menggarisbawahi pentingnya pendidikan bela negara. Melalui pendidikan ini, nilai-nilai kebangsaan dan kesadaran akan pentingnya pertahanan dapat ditanamkan sejak dini kepada generasi muda.
<p"Masyarakat yang paham akan tanggung jawabnya terhadap negara dan memiliki semangat bela negara, akan menjadi benteng yang kuat bagi pertahanan nasional," jelasnya. Dengan penciptaan kesadaran ini, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif dalam berbagai aspek keamanan.
Dalam hal ini, kolaborasi antara TNI, Polri, dan masyarakat sipil sangat diperlukan. Dengan bekerja sama, semua pihak dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif dan komprehensif dalam menjaga kedaulatan negara.
Menghadapi Berbagai Tantangan Global yang Semakin Kompleks
Di era globalisasi, tantangan yang dihadapi oleh suatu negara semakin kompleks dan beragam. Menurut Said, diperlukan pemahaman yang lebih baik mengenai dinamika ini agar strategi pertahanan dapat disusun dengan tepat. Tidak hanya aspek militer, tetapi juga aspek non-militer harus dipertimbangkan.
Ancaman siber, terorisme, serta konflik antar negara merupakan beberapa contoh tantangan yang perlu diperhatikan. Situasi ini menuntut kesiapan dari segala lapisan masyarakat untuk menghadapi potensi risiko yang ada.
Disini, kerja sama internasional juga sangat penting untuk membangun keamanan yang berkelanjutan. Menjalin hubungan baik dengan negara lain dapat memperkuat posisi Indonesia dalam berbagai forum internasional.
Tentunya, keterlibatan dalam kerjasama internasional tidak hanya akan memberikan manfaat bagi keamanan, tetapi juga bagi perekonomian. Hal ini membuka peluang bagi investasi dan transfer teknologi yang bermanfaat bagi pertumbuhan industri nasional.
Oleh karena itu, sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik dalam bidang pertahanan akan menjadi modal besar. Menghadapi tantangan global mengharuskan Indonesia untuk terus beradaptasi dan mengembangkan sistem pertahanan yang dinamis, responsif, dan efisien.