Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, baru-baru ini melakukan kunjungan ke Situ Jatijajar di Depok, Jawa Barat, yang berfungsi sebagai hilir dari Sungai Cipinang. Dalam kunjungan ini, beliau menemukan berbagai kendala, mulai dari pencemaran hingga penanganan limbah di sungai Ciliwung dan Cipinang.
Sebelumnya, Menteri Hanif menyadari bahwa permasalahan ini sangat kompleks dan mengharuskan tindakan cepat serta tepat. “Ini sungguh rumit, kami harus menentukan mana yang harus ditangani terlebih dahulu,” ungkapnya saat berbicara kepada wartawan.
Selama pernyataannya, Hanif menjelaskan bahwa Sungai Ciliwung dibentang mulai dari Kabupaten Bogor hingga Jakarta dengan panjang sekitar 118 kilometer. Namun, kondisi sungai ini semakin memburuk dan tercemar berat terutama di bagian hulunya.
Peranan Sungai Ciliwung dalam Kehidupan Sehari-hari
Sungai ini tidak hanya berfungsi sebagai saluran air, tetapi juga sebagai salah satu sumber kehidupan bagi sekitar 3,5 juta penduduk yang tinggal di sekitarnya. Faktanya, di hulu sungai ini, terdapat lebih dari 1,5 juta orang yang mengandalkan aliran air sungai untuk berbagai kebutuhan.
Berbicara tentang penduduk, Hanif menjelaskan bahwa di segmen Kota Bogor ada sekitar 500 ribu orang yang turut mempengaruhi kondisi sungai. Demikian juga dengan penduduk yang tinggal di segmen Jakarta, yang mencapai satu juta jiwa, menunjukkan besarnya dampak dari populasi terhadap keseimbangan lingkungan.
Penting untuk dicatat bahwa karakter sungai Ciliwung memperparah kondisi banjir. “Ruang yang sempit di bagian hilir membuat arus air sulit mengalir ketika hujan deras,” tambahnya, menggarisbawahi urgensi untuk memperbaiki kondisi debit sungai.
Kondisi Lingkungan yang Memprihatinkan
Kondisi hutan di sekitar sungai juga tidak kalah mengkhawatirkan, di mana jumlah pohon yang tumbuh kini jauh berkurang. Sebelumnya, area ini dipenuhi hingga 15 ribu hektar pepohonan, tetapi kini hanya tersisa sekitar enam ribu hektar saja.
Kerusakan hutan menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap banjir, terutama ketika curah hujan tinggi. “Hutan berfungsi sebagai penampung air, namun dengan semakin sedikitnya pepohonan, kondisi ini semakin memburuk,” ungkap Hanif.
Keberadaan limbah dan sampah di sungai juga menjadi isu lain yang sangat mendesak. Menteri Hanif menekankan bahwa penanganan limbah harus menjadi prioritas agar kualitas air sungai bisa membaik ke depan.
Tantangan dalam Penanganan Pencemaran Sungai
Menteri juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam penanganan pencemaran sungai. “Kami harus bekerja sama dengan masyarakat untuk mengurangi pembuangan limbah sembarangan serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan,” jelasnya.
Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat dinilai perlu dilaksanakan agar mereka memahami pentingnya menjaga kebersihan sungai. “Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam menjaga dan memulihkan kondisi sungai,” tambahnya.
Disamping itu, dukungan dari pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah dan organisasi non-pemerintah, akan sangat membantu dalam menciptakan program yang efektif untuk pengelolaan sungai.
Rencana Aksi untuk Pengelolaan Sungai yang Lebih Baik
Melihat kondisi saat ini, Menteri Hanif mengusulkan rencana aksi yang strategis untuk mengatasi permasalahan di sungai Ciliwung dan Cipinang. Rencana tersebut mencakup rehabilitasi hutan, serta pembersihan sungai dari limbah dan sampah secara rutin.
Selain itu, program penghijauan juga diharapkan bisa direalisasikan untuk menambah jumlah pepohonan di sekitar sungai. “Ini sangat penting untuk mengembalikan fungsi alami sungai,” ujar Hanif dengan optimis.
Dengan melaksanakan rencana aksi ini, diharapkan kualitas air Sungai Ciliwung dan Cipinang dapat meningkat, serta berdampak positif terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. “Kita butuh langkah-langkah konkret untuk mengatasi krisis air di Jakarta dan sekitarnya,” pungkas Menteri Hanif.