Di tengah kota tua yang kaya akan sejarah, kisah seorang keturunan Belanda dari Gorontalo mengungkap rahasia yang tersimpan rapi selama lebih dari seabad. Yannick Jaime dan saudaranya, Kenneth Maxime, melakukan perjalanan emosional untuk menemukan jejak asal-usul keluarga mereka.
Mereka tiba di Gorontalo dengan membawa selembar foto kuno dan cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mencari jejak keluarga, Yannick dan Kenneth bukan hanya berlibur, tetapi berusaha menjalin koneksi dengan masa lalu mereka yang hilang dalam perjalanan waktu.
Jejak Sejarah yang Hilang di Gorontalo
Kakek buyut mereka, J Caffin, lahir di Belanda dan menetap di Gorontalo sebagai Kepala Pelabuhan pada tahun 1890. Menelusuri kisah hidup J Caffin, mereka menemukan bahwa sejarah keluarganya terjalin erat dengan pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan saat itu.
Dengan berbekal informasi dan foto-foto tua, mereka mulai menelusuri jalan-jalan bersejarah di Kota Tua Gorontalo. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke rumah-rumah kuno yang menyimpan cerita masa lalu, menghadirkan kembali kenangan yang telah lama terlupakan.
Salah satu rumah yang mereka temukan sangat familiar. Dengan bangunan bergaya kolonial dan jendela kayu yang lebar, rumah itu mengingatkan mereka pada foto yang mereka miliki. Setiap detailnya seolah menggambarkan kembali masa lalu yang ingin mereka temui.
Penemuan Keluarga yang Tak Terduga
Setelah mengetuk pintu, mereka disambut dengan ramah oleh penghuni rumah. Ternyata, keluarga yang tinggal di sana memiliki hubungan darah dengan J Caffin, membuka babak baru dalam pencarian mereka. Percakapan hangat terasa akrab, membawa kembali potongan-potongan sejarah keluarga yang sempat hilang.
Menemukan rumah itu bukan hanya sekadar menemukan tempat tinggal, tetapi juga menemukan bagian dari diri mereka yang hilang. Dengan aroma kayu tua dan angin laut, mereka merasakan kehadiran nenek moyang mereka dalam setiap sudut rumah tersebut.
Perasaan haru menyelimuti mereka, mengingat kembali cerita yang dibagikan oleh orang tua mereka saat kecil. Kini, kisah-kisah itu terwujud nyata di depan mata, memberikan makna baru pada perjalanan mereka.
Menelusuri Jejak Makam di Pelabuhan Gorontalo
Perjalanan Yannick dan Kenneth berlanjut ke Pelabuhan Gorontalo, tempat buyut mereka bekerja. Dengan bantuan pemandu lokal, mereka berusaha menemukan makam keluarga yang selama ini hanya menjadi bagian dari dongeng.
Setelah beberapa hari mencari, mereka tiba di sebuah tempat yang sunyi, ditumbuhi rerumputan. Makam-makam tua ini menyimpan catatan sejarah yang berkaitan erat dengan keluarga Caffin, membawa mereka lebih dalam ke dalam warisan yang telah lama terpendam.
Di Kelurahan Tenda, mereka menemukan nisan dengan nama J Caffin dan Beatrise Anetta, yang sontak menggugah emosi keduanya. Dengan hati yang berdebar, mereka membersihkan rumput yang menutupi nisan, memberikan penghormatan kepada leluhur yang telah tiada.
Penutupan yang Penuh Emosi dan Harapan
Di saat-saat itu, kata-kata tidak mampu menggambarkan perasaan mereka. Penemuan makam bukan hanya sekadar menemukan fisik, tetapi juga menggali kembali bagian dari sejarah yang telah hilang. Emosi yang meluap membawa mereka pada pemahaman yang lebih dalam tentang identitas keluarga mereka.
Dengan mengabadikan momen tersebut dalam foto dan doa, mereka merasakan seolah-olah berbicara dengan jiwa-jiwa yang bersemayam di bawah nisan. Momen haru, syukur, dan kelegaan itu menjadi puncak perjalanan yang menyentuh hati.
Deru ombak di pantai Gorontalo seolah menyanyikan lagu penyambutan bagi mereka. Dalam pencarian ini, Yannick dan Kenneth tidak hanya menemukan jejak sejarah, tetapi juga merajut kembali benang merah yang menghubungkan mereka dengan akar keluarga yang telah lama terkubur.