Di sebuah kompleks perumahan yang dulunya tenang, kini tercipta kisah pilu yang menggerakkan hati. Win, seorang warga berusia 48 tahun, melihat langsung bagaimana banjir besar merusak kehidupan sehari-hari di Kompleks Griya Permata, Padang. Setiap hari ia mengenang momen kelam saat air sungai meluap dan mengambil alih rumah serta harapan hidupnya.
Peristiwa tersebut terjadi pada malam 26–27 November 2025. Hujan lebat turun tanpa henti, menciptakan suasana mencekam yang belum pernah dialaminya. Dalam sekejap, suara gemericik air sungai beralih menjadi gemuruh yang mengguncang tanah, dan banjir tiba-tiba mengubah wajah lingkungan sekitarnya.
Sebelum kejadian itu, halaman rumah Win dipenuhi aktivitas keluarga, sekarang yang tersisa hanya hamparan lumpur dan sisa-sisa perabotan yang telah rusak. Lima rumah di sebelahnya lenyap dalam satu malam, meninggalkan jejak kehampaan yang dalam. Win merasa kehilangan tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosional, karena rumah yang seharusnya menjadi tempat aman telah berubah menjadi ancaman.
Kenangan Banjir yang Tak Terlupakan bagi Warga Setempat
Win mengisahkan detik-detik menjelang banjir yang melanda. Momen tersebut diingat sebagai saat-saat menegangkan saat air mulai meluap dengan cepat. Ia menggambarkan skenario menakutkan di mana sebuah sungai kecil tiba-tiba melebar tiga kali lipat, mengancam rumah-rumah di sekitarnya.
Dia mencatat bahwa pada pagi hari, air mulai naik secara perlahan, dan beberapa warga sudah mulai mengungsi. Namun, keadaan tidak bertahan lama; air kembali naik dan pada pukul 10.00 WIB, situasi sudah semakin kritis. Dalam kebingungan, Win menyaksikan dengan mata kepala sendiri tetangganya berjuang menyelamatkan rumah masing-masing dari ganasnya debit air.
Puncak banjir terjadi pada dini hari, saat suara air yang mengamuk memenuhi telinga. Ketegangan semakin meningkat ketika kayu-kayu besar terlihat meluncur bersamaan dengan arus air. Win dan para warga lainnya tidak lagi bisa berpikir jernih; mereka hanya berusaha mencari tempat yang lebih tinggi untuk menghindari bencana ini.
Usaha Menyelamatkan Harta Benda dan Kehidupan
Dalam situasi menyedihkan itu, Win berusaha menyelamatkan barang berharga yang dimiliki. Meskipun rasa ketakutan menyelimuti, ia bersyukur semua anggota keluarganya berhasil melarikan diri ke tempat yang lebih aman, yaitu sebuah masjid yang dijadikan posko pengungsian. Pengalaman ini putus harapan, tetapi kekuatan keluarga tetap menjadi pegangan.
Bagi Win, kehilangan harta benda sekaligus tempat tinggal adalah pahit, namun keselamatan keluarga lebih penting. Lima mobil milik tetangganya tidak sempat diselamatkan, menjadi korban kebiadaban alam yang tak terduga. Dalam sekejap, harta benda dapat sirna, tetapi kerugian emosional tetap membekas.
Win kini dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa rumahnya yang dulu hangat kini berdiri dengan ancaman yang semakin membayangi. Ia memilih untuk tinggal di tempat lain sementara waktu, meninggalkan rumah yang penuh kenangan dan rasa aman yang kini telah hilang.
Perubahan Lingkungan dan Kehidupan Pasca Banjir
Akibat dari bencana banjir, Win merasa akan sulit untuk kembali ke rumahnya. Lingkungan yang berubah total membuatnya berpikir ulang tentang masa depan di tempat tersebut. Rumah tetangga yang roboh menjadi pengingat bahwa walau rumahnya tampak masih berdiri, namun lanskap di sekelilingnya telah genting dan tidak aman.
Lebih dari sekadar rumah, kehilangan rasa aman ini adalah bagian yang paling tragis. Win dan keluarganya kini tinggal bersama mertua sementara menunggu kepastian. Dalam setiap detik ketidakpastian ini, harapan untuk kembali ke rumah lama semakin memudar.
Baginya, rumah masih sepenuhnya layak huni dari segi fisik, tetapi secara emosional, kehadirannya di sana tak lagi bisa memberikan ketenangan. Lingkungan yang sudah berubah kini dipenuhi dengan rasa cemas akan datangnya bencana serupa di masa depan, mengubah pandangannya tentang rumah dan rasa aman.
Refleksi dan Harapan di Tengah Bencana
Win dan komunitasnya belajar banyak dari kejadian ini. Banjir yang merenggut bukan hanya fisik, tetapi juga rasa stabilitas yang mereka nikmati di masa lalu. Diskusi tentang upaya melindungi lingkungan di sekitar mereka menjadi perhatian utama, karena bencana seperti ini bisa terjadi lagi jika tidak ada tindakan preventif yang diambil.
Di tengah keterpurukan, muncul harapan. Win bertekad untuk menjadi bagian dari solusi, mendorong sesama warga agar menyiapkan langkah-langkah mitigasi bencana. Dengan semangat untuk membangun kekuatan bersama, mereka berharap agar kawasan tersebut bisa menempuh jalan menuju pemulihan dan lebih aman di masa mendatang.
Walau peristiwa itu meninggalkan bekas luka yang dalam, namun Win percaya bahwa dengan kerjasama dan saling mendukung, komunitasnya akan bangkit kembali. Kini, harapannya bukan hanya untuk mendapatkan kembali rumah yang hilang, tetapi juga untuk membangun lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.















