Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, menghadiri acara melayat di Keraton Kasunanan Surakarta untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Raja Pakubuwono XIII yang telah menghembuskan nafas terakhir di RS Indriati, Solo Baru pada tanggal 2 November 2025. Kehadiran Jokowi menunjukkan rasa simpati dan penghormatan kepada tokoh penting dalam sejarah budaya Jawa ini.
Acara melayat ini berlangsung dengan khidmat dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting, baik dari keraton maupun masyarakat. Setelah memberikan ucapan belasungkawa, mantan presiden ini juga ikut serta dalam pelaksanaan salat jenazah sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada almarhum.
Pada malam itu, sekitar pukul 20.40 WIB, Jokowi tiba di Keraton Kasunanan Surakarta. Saat tiba, beliau disambut hangat oleh berbagai pejabat setempat, termasuk Kapolresta Solo dan Dandim setempat, serta Wali Kota Solo dan keluarga keraton.
Di antara yang menyambut, terlihat putri tertua almarhum, GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayanti, serta adiknya dan sejumlah kerabat lain. Mereka semua turut menanti kedatangan orang nomor satu di Indonesia untuk memberikan penghormatan kepada raja mereka.
Setelah menjumpai keluarga keraton, Jokowi bersama Forkompimda Kota Solo dan beberapa anggota keluarga keraton menuju Bangsal Parasdya yang terletak di dalam komplek keraton. Semua anggota rombongan tampak kompak dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan prosesi berikutnya.
Prosesi Salat Jenazah yang Khidmat dan Bermakna
Sesampainya di depan peti jenazah, Jokowi terlihat melakukan doa dan berucap kalimat-kalimat penuh penghormatan. Acara semakin khidmat saat beliau melaksanakan salat jenazah yang diimami oleh Penghulu Tafsir Anom, Kanjeng Raden Tumenggung Muhammad Muhtarom.
Imam besar Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta ini memimpin salat jenazah dengan penuh penghayatan. Sementara itu, para jemaah yang hadir juga ikut melafalkan doa untuk almarhum sambil merasakan duka yang mendalam.
Salat jenazah bukan hanya merupakan kewajiban bagi umat Islam, tetapi juga menjadi simbol penghormatan terakhir kepada seseorang yang telah berpulang. Ini menunjukkan tradisi dan nilai-nilai spiritual yang selalu dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa, khususnya lingkungan keraton.
Selama proses salat berlangsung, banyak mata yang nampak berkaca-kaca, tanda bahwa rasa kehilangan begitu mendalam. Suasana haru ini menambah kesedihan yang terpancar di wajah para peserta yang hadir.
Setelah salat jenazah, prosesi dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada para jemaah untuk memberikan salam perpisahan kepada almarhum. Setiap individu tampak menghormati dengan mendekat untuk memberikan penghormatan terakhir.
Peran Raja Pakubuwono XIII dalam Sejarah dan Budaya
Raja Pakubuwono XIII dikenal sebagai sosok yang sangat mengedepankan nilai-nilai budaya dan tradisi keraton. Selama masa pemerintahannya, beliau banyak berkontribusi terhadap pelestarian budaya Jawa dan pengembangan keraton sebagai pusat kebudayaan.
Dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana, beliau memberikan perhatian khusus terhadap kesejahteraan rakyat. Hal ini membuatnya dicintai dan dihormati oleh masyarakat setempat. Keterlibatan beliau dalam berbagai kegiatan sosial menjadi catatan penting dalam sejarah Keraton Kasunanan Surakarta.
Raja Pakubuwono XIII juga aktif dalam menjaga hubungan baik dengan tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah setempat. Kerjasama ini sangat penting dalam upaya pengembangan wilayah dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dengan pendekatan yang humanis, beliau mampu menjadi jembatan antara keraton dan rakyat.
Warisan yang ditinggalkannya akan terus dikenang oleh generasi selanjutnya. Nilai-nilai yang dia tanamkan dalam masyarakat akan menjadi pondasi bagi kelestarian kebudayaan Jawa di masa mendatang.
Penghormatan terakhir ini menunjukkan bahwa pengaruh dan kisah hidup Raja Pakubuwono XIII tidak akan terlupakan. Hal ini menjadi pengingat pentingnya menjaga tradisi dan keberadaan keraton di tengah arus modernisasi.
Momen Bersejarah dan Makna Kehilangan
Acara melayat dan salat jenazah ini bukan hanya sekadar seremonial, tetapi juga menjadi momennya keluarga, kerabat, dan masyarakat untuk berkumpul. Ini memperkokoh rasa persatuan di tengah duka yang dirasakan oleh semua orang yang hadir.
Hadirnya berbagai tokoh penting menandakan bahwa kehilangan ini bukan hanya dirasakan oleh keraton, tetapi juga bangsa Indonesia secara keseluruhan. Rasa duka menghampiri banyak orang, dan kehadiran Jokowi merupakan simbol bahwa keberlanjutan tradisi tetap menjadi tanggung jawab bersama.
Proses penguburan almarhum di hari yang sama juga merupakan bentuk penghormatan tradisional yang patut diapresiasi. Semua elemen masyarakat turut berperan aktif dalam menjaga kesakralan prosesi ini dengan penuh kesederhanaan dan khidmat.
Dalam momen bersejarah ini, banyak yang berharap bahwa warisan dan pelajaran dari Raja Pakubuwono XIII akan terus hidup dan menginspirasi. Semangat serta daya juang yang dimiliki almarhum sepatutnya menjadi teladan bagi semua masyarakat, terutama generasi muda.
Secara keseluruhan, momen ini tidak hanya merayakan kehidupan almarhum, tetapi juga menggugah kita semua untuk lebih mencintai budaya dan tradisi yang ada. Kesedihan ini akan membawa kesadaran akan pentingnya memahami sejarah dan menjunjung kemuliaan budaya bangsa. Hal ini seharusnya menjadi panggilan bagi kita untuk melanjutkan perjuangan lintas generasi dalam melestarikan kekayaan budaya yang ada.















