Menteri Agama Nasaruddin Umar baru-baru ini mengunjungi lokasi bangunan ambruk di Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, dan mengevaluasi situasi korban yang terdampak. Dalam kesempatan tersebut, Menag menyampaikan rasa duka yang mendalam serta langsung mengalirkan bantuan sebesar Rp610 juta untuk meringankan beban para korban.
Peristiwa memilukan ini terjadi pada 29 September 2025, saat sedang berlangsung ibadah salat Ashar. Data dari BPBD Jawa Timur mencatat adanya 100 korban, termasuk 26 pasien yang dirawat inap dan 3 orang yang meninggal dunia akibat kejadian tersebut.
Proses evakuasi pun dilakukan dengan serius, dibantu oleh berbagai instansi termasuk Basarnas, TNI, dan Polri. Sekretaris Jenderal Kementerian Agama bertekad agar bantuan yang diberikan bisa meningkatkan kualitas kehidupan para korban yang terpengaruh musibah ini.
Menag Tinjau Kondisi Korban dan Dialog Bersama Masyarakat
Menag mengunjungi langsung para korban untuk memastikan bantuan dapat disalurkan dengan tepat. Kunjungan ini juga bertujuan untuk berdialog dengan pengasuh pesantren serta pemerintah daerah dan tokoh masyarakat mengenai langkah-langkah selanjutnya.
Selain memberikan bantuan finansial, Menag juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama mendoakan para korban agar segera pulih dari trauma. Dukungan emosional sangat penting dalam membantu mereka melalui masa-masa sulit ini.
Dalam dialog tersebut, juga dibahas tentang potensi untuk memperbaiki infrastruktur di pesantren agar insiden serupa tidak terjadi. Upaya pencegahan akan menjadi fokus utama agar keselamatan santri terjamin di masa mendatang.
Pentingnya Dukungan dan Kolaborasi dalam Penanganan Korban
Menanggapi keadaan yang genting tersebut, Menag menyatakan bahwa kolaborasi antar instansi adalah kunci dalam menangani bencana. Basarnas, BPBD, TNI, dan Polri bekerja 24 jam penuh untuk memastikan semua korban mendapatkan pertolongan yang diperlukan.
Kecepatan dan efisiensi dalam proses evakuasi menjadi sangat penting untuk menyelamatkan nyawa. Keterlibatan berbagai pihak juga menunjukkan betapa besarnya kepedulian terhadap keselamatan umat dalam situasi darurat.
Menag juga menekankan pentingnya persiapan mental bagi santri dan keluarganya. Ada kebutuhan mendesak untuk membangun kembali kepercayaan dan semangat mereka untuk melanjutkan pendidikan setelah musibah ini.
Upaya Pemulihan dan Mewujudkan Lingkungan yang Aman
Setelah peristiwa ini, pemulihan mental dan fisik bagi korban akan menjadi prioritas. Menag menunjukkan komitmennya untuk memastikan bahwa santri yang terdampak bisa kembali beraktivitas dengan baik. Kegiatan psikososial akan menjadi salah satu bagian dari upaya rehabilitasi ini.
Dalam konteks ini, pendekatan terhadap santri, keluarga, dan pengasuh pesantren sangat penting. Upaya bersama akan membangun kembali rasa aman dan nyaman dalam lingkungan pesantren.
Menag berharap bahwa dengan adanya dukungan yang kuat, kehidupan pesantren dapat kembali normal secepatnya. Semua pihak diharapkan dapat bersinergi demi menciptakan suasana yang kondusif bagi pendidikan agama.