Kepala Desa Kosambi Timur di Kabupaten Tangerang, Hasan Nurdin, membuat keputusan yang cukup berbeda dan inspiratif dalam hal pengelolaan honor bulanannya. Sebagai sosok pemimpin desa, ia memilih untuk tidak mengambil sebagian dari gajinya demi memberangkatkan umrah para guru ngaji dan marbot di desanya secara bergantian.
Tindakan Hasan ini berawal dari kenangannya terhadap guru ngaji di kampung halamannya. Setiap langkah dan keputusan yang diambilnya berakar dari rasa syukur dan penghormatan kepada mereka yang telah memberikan ilmu kepada generasi sebelumnya.
Pengorbanan untuk Pemberdayaan Masyarakat di Desa
Dengan dana sekitar Rp 4 juta berserta tunjanannya, Hasan berhasil menyusun program umrah yang berjalan dengan lancar. Berkat pengelolaan yang bijak, ia bisa menghadirkan kesempatan spiritual bagi mereka yang mengabdi dalam pendidikan agama di desanya.
“Gaji saya Rp4 juta ditambah tunjangan kepala desa sekitar Rp3 juta. Semua itu tidak saya ambil, bahkan ATM-nya dipegang anak saya,” ungkapnya. Keputusan ini menunjukkan dedikasinya untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi masyarakat.
Sikap Hasan dalam pengelolaan gaji ini berorientasi pada keberkahan. Ia lebih memilih untuk menyalurkan honor tersebut agar dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.
Menghargai Peran Guru Ngaji dan Marbot di Komunitas
Pentingnya peran guru ngaji dan marbot dalam masyarakat adalah tema sentral dari keputusan Hasan. Ia percaya, semakin banyak orang yang dapat diberangkatkan ke Tanah Suci, semakin berkah pula bagi masyarakat Kosambi Timur. Melalui inisiatif ini, ia ingin memastikan bahwa ilmu agama tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat.
Hasan juga menekankan, langkah ini bukan dilakukan untuk kepentingan politik atau pencitraan. Melainkan, semua tindakan ini murni untuk menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan membangun rasa saling menghormati dalam komunitas.
“Insyaallah gaji itu halal 100 persen,” tegasnya. Keberanian Hasan untuk mengambil langkah ini menunjukkan komitmennya terhadap nilai-nilai moral yang tinggi.
Model Kepemimpinan yang Inspiratif dan Kontemporer
Kepemimpinan Hasan Nurdin bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam pengelolaan dana publik. Dengan menciptakan program-program yang bermanfaat, ia menunjukkan bahwa seorang pemimpin bisa berkontribusi jauh lebih banyak daripada sekadar menjalankan tugas administratif.
Contoh nyata seperti ini menambah nuansa positif bagi kepemimpinan di tingkat desa. Masyarakat semakin meyakini bahwa pemimpin mereka tidak hanya peduli pada kebijakan, tetapi juga pada kesejahteraan spiritual masyarakat.
Dengan langkah ini, Hasan berharap dapat mendorong desa lain untuk melakukan inovasi serupa, sehingga program umrah dapat meluas dan membawa dampak yang lebih besar bagi masyarakat muslim. Ini adalah cara untuk mempertahankan tradisi religius di tengah perubahan zaman yang cepat.















