Dalam konteks ketahanan pangan, kolaborasi antara sektor militer dan pertanian semakin diperkuat. Baru-baru ini, PT Karya Unggulan Anakbangsa (PT KUAB) dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr Muhammad Ali menyelenggarakan panen raya kedelai yang berhasil menarik perhatian publik.
Acara yang berlangsung di Lampung Utara pada Rabu, 29 Oktober 2025, ini dihadiri oleh banyak pejabat penting, termasuk Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin, serta Menteri Pertanian, Amran Sulaiman. Kehadiran mereka menandakan betapa seriusnya inisiatif ini dalam mendukung usaha menjaga ketahanan pangan nasional.
“Panen raya kedelai ini menjadi bagian dari program ketahanan pangan yang diprioritaskan oleh pemerintah,” ujar Menteri Sjafrie. Kerja sama antara PT KUAB dan TNI AL ini menjadi contoh nyata kombinasi antara teknologi pertanian dan dukungan operasional yang solid.
Mengenal Lebih Dekat tentang Kedelai Garuda Merah Putih
Kedelai Garuda Merah Putih merupakan varietas kedelai yang diunggulkan dalam program ini. PT KUAB bertanggung jawab atas semua tahap budidaya, mulai dari penyediaan bibit hingga panen. Keberadaan bibit unggul ini diharapkan dapat menciptakan hasil yang maksimal.
“Fokus kami pada penggunaan bibit Non-GMO serta pupuk organik Mikroba Google (MiGo) sangat mendukung peningkatan hasil panen,” kata Sjafrie. Langkah ini menunjukkan komitmen untuk menerapkan keahlian ilmiah dalam praktik pertanian yang ramah lingkungan.
Proses budidaya kedelai Garuda Merah Putih melibatkan riset yang mendalam, yang telah dilakukan sejak tahun 2001 oleh Prof Ali Zum Mashar. Dengan dukungan dari pusat penelitian di Banten, teknologi mikroba telah dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
Hasil Panen yang Menggembirakan dan Pencapaian Signifikan
Hasil panen menunjukkan produktivitas yang jauh lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nasional. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Utara, produktivitas kedelai mencapai 4,10-5,25 ton per hektare, meski potensi terbaik bisa mencapai 6,58 ton per hektare.
Angka ini hampir tiga kali lipat dari rata-rata nasional yang tercatat pada tahun 2022, yakni hanya 1,54 ton per hektare. Pencapaian ini menunjukkan betapa pentingnya inovasi dalam pertanian untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Dengan hasil yang sangat memuaskan ini, PT KUAB dan TNI AL berharap dapat memperluas model kerja sama mereka ke daerah lain. Inisiatif ini bukan hanya tentang peningkatan produktivitas, tetapi juga tentang menciptakan keberlanjutan dalam pertanian nasional.
Pentingnya Kerjasama Antara Sektor Pertanian dan Militer
Kerjasama antara sektor pertanian dan militer sangat vital dalam konteks ketahanan pangan. TNI AL menyediakan lahan dan sumber daya yang diperlukan, sementara PT KUAB memfokuskan diri pada teknologi dan budidaya. Sinergi ini menciptakan peluang baru untuk lebih banyak hasil pertanian yang optimal.
“Inisiatif seperti ini sangat penting untuk mempersiapkan kita menghadapi tantangan pangan di masa depan,” tegas Menteri Sjafrie. Keterlibatan TNI dalam pertanian menunjukkan komitmen untuk membantu masyarakat dan daerah dalam mencapai swasembada pangan.
Nantinya, diharapkan model kolaboratif seperti ini dapat diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. Dengan pendekatan yang sama, pemanfaatan lahan tidur dan teknologi pertanian modern bisa membawa hasil yang lebih baik.















