Wakil Menteri Transmigrasi, Viva Yoga Mauladi, mengungkapkan pentingnya memahami dan mengatasi kecemburuan sosial yang mungkin muncul di kalangan penduduk lokal akibat program transmigrasi. Ia menegaskan bahwa tujuan utama program tersebut adalah mencapai keseimbangan dan harmoni antara pendatang dan masyarakat setempat, serta meningkatkan kualitas hidup bagi semua pihak yang terlibat.
Viva Yoga menjelaskan bahwa dalam penerapan program transmigrasi, berbagai faktor perlu diperhatikan, termasuk kebutuhan dan aspirasi masyarakat sekitar. Keberadaan transmigran tidak hanya diharapkan dapat membantu pengembangan daerah, tetapi juga menciptakan sinergi yang positif antara pendatang dan penduduk lokal.
“Kami berfokus tidak hanya pada transmigran, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal,” kata Viva Yoga sebelum melepas 15 keluarga dari Daerah Istimewa Yogyakarta menuju Sulawesi pada Minggu, 14 Desember 2025.
Penempatan Transmigran dan Pembagian Wilayah
Viva Yoga menjelaskan bahwa penempatan transmigran dilakukan dengan mempertimbangkan aspek geografis dan demografis. Para transmigran yang dikirim ke lokasi baru tidak hanya berasal dari satu daerah, tetapi juga meliputi transmigran lokal dari sekitar lokasi tujuan yang sudah ditentukan.
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa program tomplit dekode program transmigrasi beramah tidak menimbulkan ketidakpuasan bagi masyarakat lokal yang merasa terpinggirkan. Kementerian Transmigrasi bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk merespons permintaan penambahan penduduk demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi setempat.
“Kerjasama dengan pemerintah daerah sangat penting. Mereka yang paling tahu tentang kebutuhan populasi dan kondisi sosial di wilayah mereka,” imbuhnya. Penempatan transmigran berdasarkan permintaan ini menunjukkan bahwa program transmigrasi dirancang untuk beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat sekitar.
Penerimaan Masyarakat Terhadap Program Transmigrasi
Beberapa program transmigrasi sebelumnya telah mendapatkan sambutan positif dari masyarakat setempat. Dalam banyak kasus, penduduk lokal bahkan dengan suka rela menghibahkan lahan mereka untuk mendukung inisiatif tersebut, mengindikasikan tingkat penerimaan yang tinggi terhadap kehadiran transmigran.
“Contohnya, di Konawe Utara, masyarakat telah menghibahkan lebih dari 1.000 hektar tanah untuk pendatang dari luar Kabupaten. Ini adalah langkah luar biasa dari masyarakat lokal yang menunjukkan mereka ingin berkontribusi dalam program transmigrasi,” jelas Viva Yoga.
Penting untuk menjaga komunikasi yang baik antara pihak pemerintah dan masyarakat agar program ini terus berjalan dengan mulus. Transmigrasi diharapkan tidak hanya menjadi solusi untuk masalah demografi, tetapi juga berorientasi pada keberlanjutan sosial dan ekonomi daerah.
Strategi Penyuluhan dan Sosialisasi kepada Masyarakat
Viva Yoga menekankan pentingnya sosialisasi dalam meminimalisir potensi konflik yang mungkin muncul. Program penyuluhan kepada masyarakat lokal dan transmigran menjadi bagian penting dari pengembangan program transmigrasi yang berkelanjutan.
“Kami melakukan konsolidasi pemikiran dan sosialisasi, supaya di kawasan transmigrasi itu tercipta suasana harmonis. Pendatang dan penduduk lokal harus saling mengenal dan menghargai,” papar Viva Yoga. Melalui dialog dan diskusi, diharapkan kedua pihak dapat saling memahami dan berkolaborasi lebih baik.
Adanya komunikasi yang baik tentu akan mengurangi kesalahpahaman antara kedua belah pihak, yang sering kali menjadi penyebab utama munculnya kecemburuan sosial. Masyarakat perlu diberi pemahaman yang jelas mengenai manfaat dan tujuan dari program transmigrasi.
Dalam menjalankan program yang komprehensif ini, Kementerian Transmigrasi secara aktif mengembangkan berbagai inisiatif. Langkah-langkah proaktif yang diambil akan membantu memastikan bahwa transmigran bisa beradaptasi dengan baik pada lingkungan baru mereka dan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik sosial yang tidak diinginkan.
Secara keseluruhan, keberhasilan program transmigrasi tidak hanya dinilai dari angka penempatan, tetapi juga dari dampaknya terhadap masyarakat lokal. Oleh karena itu, pendekatan yang inklusif dan kolaboratif menjadi kunci untuk mewujudkan tujuan pembangunan yang berkelanjutan.















