Sidang Kode Etik Profesi baru-baru ini menarik perhatian publik setelah menjatuhkan sanksi terhadap seorang anggota polisi yang terlibat dalam insiden tragis. Kejadian ini menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap prosedur serta tanggung jawab anggota kepolisian saat menjalankan tugas.
Insiden yang terjadi saat demonstrasi pada akhir Agustus 2025 melibatkan Aipda M Rohyani, yang diduga lalai dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Akibat kelalaian tersebut, seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, kehilangan nyawanya, menimbulkan banyak pertanyaan mengenai tindakan dan pelaksanaan tugas aparat keamanan.
Tindakan komisi dalam menggelar sidang ini menunjukkan keseriusan Polri dalam menegakkan kode etik dan menjadi bentuk akuntabilitas terhadap publik. Hasil sidang ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi semua anggota untuk lebih disiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas mereka.
Proses Sidang Kode Etik yang Terbuka dan Transparan
Sidang yang berlangsung di Ruang Sidang Divpropam Polri pada 29 September 2025 menunjukkan komitmen Polri. Dengan mengedepankan prinsip transparansi, masyarakat bisa menyaksikan bagaimana proses penegakan hukum dilakukan.
Selama sidang, majelis memberikan penjelasan mendetail mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh Aipda M Rohyani. Hal ini penting untuk mencegah munculnya asumsi negatif dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian.
Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Erdi Chaniago, menegaskan bahwa proses ini bukan hanya untuk mengadili pelanggaran yang terjadi. Tetapi juga untuk memberikan edukasi kepada seluruh anggota Polri mengenai etika dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
Dampak dari Kelalaian Anggota Kepolisian
Kelalaian yang dilakukan oleh Aipda M Rohyani membawa konsekuensi serius, baik bagi korban maupun bagi institusi kepolisian itu sendiri. Kasus ini menciptakan duka mendalam dan menimbulkan keprihatinan di masyarakat.
Setiap tindakan anggota kepolisian memiliki konsekuensi yang perlu dipahami dan dihormati. Dalam situasi penuh ketegangan, pelanggaran terhadap prosedur dapat berakibat fatal dan merusak reputasi institusi.
Akibat dari insiden ini menuntut introspeksi mendalam dalam penanganan massa oleh aparat keamanan. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara semua anggota sangat penting untuk menjaga keselamatan dan keamanan masyarakat.
Harapan untuk Perbaikan di Masa Depan
Dari kasus ini, diharapkan ada upaya nyata untuk meningkatkan pelatihan dan kesadaran anggota kepolisian tentang etika dalam tugas mereka. Penguatan kode etik profesi merupakan langkah penting untuk membangun kembali kepercayaan publik.
Melalui berbagai program pelatihan, diharapkan anggota mampu menangani situasi krisis dengan lebih baik. Pelatihan yang lebih intensif mengenai penanganan massa bisa menjadi bagian dari solusi untuk mencegah insiden serupa terjadi di masa depan.
Ke depan, semua pihak, baik masyarakat maupun anggota kepolisian, harus menjalin komunikasi yang lebih baik. Kerjasama antara aparat dan masyarakat akan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif dan aman bagi semua.