Kiai sepuh yang tergabung dalam Forum Sesepuh & Mustasyar Nahdlatul Ulama baru saja mengadakan pertemuan penting untuk membahas konflik internal di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Pertemuan ini berlangsung di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, dan dihadiri oleh banyak tokoh agama yang memiliki pengaruh signifikan di kalangan masyarakat.
Melalui juru bicaranya, KH Oing Abdul Muid atau Gus Muid, para kiai sepuh mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai pelanggaran serius yang diduga dilakukan oleh Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf. Mereka merasa penting untuk mengklarifikasi persoalan ini demi menjaga integritas organisasi.
Pentingnya Klarifikasi dalam Organisasi Nahdlatul Ulama
Dalam pertemuan tersebut, forum menemukan adanya dugaan pelanggaran dalam pengambilan keputusan yang perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam. Kiai sepuh beranggapan bahwa kesalahan yang terjadi tidak boleh dibiarkan begitu saja.
“Kami merekomendasikan agar setiap langkah yang diambil oleh Ketua Umum harus sesuai dengan mekanisme organisasi,” ungkap Gus Muid. Penekanan ini menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan organisasi.
Forum Sesepuh & Mustasyar NU juga menekankan pentingnya melakukan musyawarah sebelum keputusan dijatuhkan. Memastikan prosedur dilaksanakan secara menyeluruh dapat mencegah masalah lebih jauh yang mungkin timbul di kemudian hari.
Rekomendasi untuk Menjaga Ketertiban Organisasi NU
Dalam sesi diskusi, para peserta forum sepakat bahwa pemakzulan Gus Yahya tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Mereka merekomendasikan agar Rapat Pleno yang membahas pengangkatan Penjabat (PJ) Ketua Umum ditunda hingga konflik terinternalisasi diselesaikan.
Dengan sikap ini, forum ingin menegaskan pentingnya harmoni di dalam tubuh Nahdlatul Ulama. Melalui forum ini, mereka berharap seluruh elemen NU dapat menahan diri dan menghindari langkah-langkah yang dapat meningkatkan ketegangan.
“Kami berharap persoalan ini dapat diselesaikan melalui mekanisme internal tanpa campur tangan pihak luar agar kehormatan jam’iyyah tetap terjaga,” imbuh Gus Muid.
Komposisi Peserta Pertemuan yang Berpengaruh
Beberapa tokoh yang hadir dalam forum ini semakin menunjukkan betapa seriusnya situasi yang dihadapi NU saat ini. Di antaranya adalah KH Umar Wahid dan KH Abdul Hakim Mahfudz. Kehadiran mereka memberikan dukungan moral bagi langkah-langkah yang diambil forum.
Selain itu, beberapa kiai sepuh lainnya juga turut berpartisipasi dalam diskusi, baik secara langsung maupun melalui daring. Ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap isu ini sangat besar, mengingat bahwa banyak tokoh memiliki pemikiran dan pandangan berbeda mengenai situasi saat ini.
Mereka bersatu untuk menciptakan solusi yang damai dan konstruktif, dengan tujuan akhir mengembalikan kondisi baik di internal Nahdlatul Ulama. Forum ini menjadi sinyal bahwa NU masih kuat dan solid meski sedang menghadapi tantangan internal yang berat.
Aspek Hukum dan Internal dalam Penyelesaian Konflik
Konflik di dalam PBNU tidak terjadi begitu saja; ini berawal dari beredarnya dokumen risalah rapat harian Syuriyah PBNU yang dipandang sebagai pemicu krisis. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa ada desakan segera untuk memakzulkan Gus Yahya dari jabatannya.
Dokumen yang ditandatangani oleh Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, memuat beberapa alasan serius, termasuk dugaan keterkaitan dengan jaringan yang tidak sesuai dengan semangat NU. Ini menunjukkan bahwa internal NU harus menjalani proses evaluasi yang transparan dan akuntabel.
Respons Gus Yahya yang menolak mundur menambah dimensi baru dalam konflik ini. Ia menegaskan bahwa surat pengunduran diri yang dikeluarkan tidak sah, dan menganggap posisinya sebagai Ketua Umum tetap berlaku.













