Di sebuah gang kecil yang padat di Jalan KHR Moh Abbas I/18, Desa Buduran, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, terdapat sebuah pesantren yang telah berusia lebih dari satu abad, Pondok Pesantren Al Khoziny. Sejak keberadaannya, pesantren ini tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga melahirkan banyak ulama dan pemikir besar dalam sejarah Islam di wilayah tersebut.
Tampak sebagai sebuah tempat yang sejuk, pesantren ini menjadi saksi perjalanan panjang tradisi keilmuan Islam yang telah mengakar kuat di Sidoarjo. Namun, di balik suasana damainya, terdapat kisah yang memilukan yang baru-baru ini menghantui komunitas pesantren.
Pada Senin, 29 September 2025, Ponpes Al Khoziny mengalami tragedi yang sangat memilukan, ketika salah satu bangunan di kompleksnya ambruk. Kejadian itu menewaskan 67 orang dan melukai banyak santri yang tengah melaksanakan ibadah, meninggalkan duka mendalam bagi seluruh masyarakat.
Sejarah Mendalam Pondok Pesantren Al Khoziny
Pondok Pesantren Al Khoziny didirikan oleh seorang ulama terkemuka, Raden Khozin Khoiruddin, yang akrab disapa Kiai Khozin Sepuh. Beliau adalah menantu dari seorang tokoh pesantren besar di kawasan tersebut, yaitu Ya’qub, dan didirikan dalam tradisi keilmuan yang kaya, membawa semangat pembelajaran yang mendalam.
Nama ‘Al Khoziny’ diambil dari nama pendirinya, dan walaupun banyak dikenal sebagai Pesantren Buduran, pesantren ini telah menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang paling berpengaruh di Sidoarjo. Melalui pendidikan yang diberikan, banyak tokoh masyarakat dan ulama besar lahir dari tempat ini, yang menandai pentingnya perannya dalam membangun spiritualitas dan pengetahuan umat.
Meskipun ada ketidakpastian mengenai tahun pasti pendiriannya, para peneliti menyatakan bahwa Al Khoziny sudah ada sejak tahun 1920-an. Riset terkini menunjukkan bahwa pesantren ini mungkin sudah beroperasi lebih awal, bahkan sejak tahun 1915. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya akar sejarah pendidikan di pesantren ini.
Ribuan Alumni dan Peran Pentingnya
Dalam perjalanan lebih dari seratus tahun, Ponpes Al Khoziny telah melahirkan ribuan alumni. Mereka tidak hanya menjadi pengajar dan kader ulama, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat di sekitar Sidoarjo. Pengaruhnya di kalangan umat Islam sangat besar, menyentuh berbagai aspek kehidupan sosial dan keagamaan.
Di antara alumni yang terkenal, terdapat tokoh-tokoh yang memberikan sumbangsih besar bagi perkembangan masyarakat di berbagai bidang. Mereka membawa nilai-nilai keagamaan dan moral yang dipelajari di pesantren, menjadi pilar penting dalam membangun komunitas yang lebih baik.
Peristiwa ambruknya bangunan di kompleks pesantren menunjukkan bahwa meskipun warisan yang kuat telah dibangun selama bertahun-tahun, hal tersebut tidak luput dari resiko dan tantangan. Tentu saja, situasi ini menjadi refleksi tentang pentingnya menjaga dan merawat warisan pendidikan yang telah diwariskan oleh para pendahulu.
Tragedi Ambruknya Bangunan dan Dampaknya
Tragedi ambruknya bangunan pada tanggal 29 September 2025 menjadi hari kelam bagi komunitas Pondok Pesantren Al Khoziny. Ketika para santri sedang melaksanakan Salat Ashar, tiba-tiba bangunan yang tampaknya kokoh itu roboh, menciptakan kekacauan dan kepanikan di antara para jamaah.
Banyak santri yang terjebak dalam reruntuhan, dan situasi ini mengingatkan kita akan fragilitas kehidupan. Sebuah tempat yang kaya dengan tradisi, pengetahuan, dan semangat keagamaan, seketika berubah menjadi lokasi tragedi. Hal ini mengguncang psikologis masyarakat di sekitar pesantren dan membuat mereka berduka.
Pihak berwenang dan badan penanggulangan bencana lokal segera turun tangan, berupaya menyelamatkan para korban yang terperangkap dan memberikan pertolongan kepada yang terluka. Langkah cepat ini sangat penting untuk menanggulangi trauma yang ditinggalkan akibat tragedi tersebut.