Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terbaru mengumumkan perpanjangan pelaksanaan operasi modifikasi cuaca (OMC) yang berfokus pada wilayah Jawa Barat. Langkah ini diambil untuk menghadapi ancaman hujan lebat yang diperkirakan akan terjadi pada pekan terakhir bulan Oktober 2025, sebagai upaya untuk mengurangi potensi dampak bencana alam di daerah tersebut.
Pada kesempatan ini, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa operasi ini bertujuan utama untuk meredistribusi curah hujan. Ini penting agar curah hujan tidak terjadi secara berlebihan di daratan, sehingga risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor dapat diminimalkan.
Berdasarkan pengamatan cuaca, dilakukan analisis yang menunjukkan potensi hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Sejumlah kabupaten di Jawa Barat, termasuk Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Bandung Raya, diperkirakan akan memerlukan perhatian khusus di pekan ini.
Upaya BNPB dalam Menghadapi Cuaca Ekstrem di Jawa Barat
Keputusan untuk memperpanjang OMC ini diambil setelah dilakukan analisis mendalam dari tim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa minggu kelima di bulan Oktober berpotensi menghadirkan cuaca ekstrem yang dapat membahayakan populasi lokal.
Abdul Muhari menambahkan bahwa operasi modifikasi cuaca bukan hanya untuk mengurangi curah hujan, tetapi juga untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Pada saat ini, BNPB masih melaksanakan OMC di beberapa wilayah yang rawan terkena dampak dari hujan yang diperkirakan terjadi.
Dalam dua hari pelaksanaan, BNPB telah mengatur sembilan sorti penyemaian yang menggunakan berbagai bahan untuk memodifikasi cuaca. Operasi ini bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan area yang mengalami genangan air akibat curah hujan yang tinggi sebelum perpanjangan OMC dilakukan.
Data dan Statistik dari Operasi Modifikasi Cuaca
Selama operasi, BNPB menggunakan 5 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 4 ton Kalsium Oksida (CaO). Ini menjadi bagian dari upaya konkret untuk mempercepat pengeringan area yang terendam air dan memulihkan aktivitas masyarakat, khususnya di sektor pertanian dan transportasi. Dengan waktu terbang total 16 jam 29 menit, upaya ini diharapkan memberikan hasil yang signifikan.
Warga di wilayah pantai utara (pantura) Jawa Tengah juga menjadi fokus dalam pelaksanaan operasi ini. Diharapkan, operasi modifikasi cuaca dapat membantu mempercepat pemulihan pasca hujan lebat yang mengakibatkan genangan.
BNPB menekankan bahwa langkah-langkah ini adalah bagian dari upaya antisipasi yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan potensi cuaca ekstrem yang masih bisa terjadi hingga awal bulan November, perlindungan keselamatan masyarakat menjadi prioritas utama dalam setiap operasi yang dilakukan.
Pentingnya Kewaspadaan Masyarakat di Tengah Peralihan Musim
Pihak BNPB juga mengingatkan masyarakat untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca yang tidak menentu. Kewaspadaan ini menjadi semakin penting mengingat masa peralihan musim seringkali dipenuhi dengan kondisi cuaca yang ekstrim dan cepat berubah.
Abdul Muhari menyarankan agar setiap individu mempersiapkan tas siaga bencana sebagai tindakan preventif. Hal ini penting agar ketika situasi darurat terjadi, masyarakat dapat dengan cepat dan efisien melakukan respons.
Sebagai tambahan, masyarakat diminta untuk selalu memantau informasi resmi dari BNPB dan BMKG. Informasi yang tepat waktu dapat membantu warga membuat keputusan yang lebih baik dalam menghadapi potensi bencana.















