Dua pegawai jasa ekspedisi kini menghadapi dakwaan serius terkait tindakan mereka saat mengikuti demonstrasi pada bulan Agustus lalu. Kasus ini menarik perhatian publik karena melibatkan kerusuhan dan pengrusakan fasilitas umum, yang menyebabkan kedua terdakwa, Arpan Ramdani dan Muhammad Adriyan, harus menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Sidang yang berlangsung pada tanggal 20 November memperlihatkan bagaimana Arpan dan Adriyan ikut terlibat dalam aksi protes yang berujung ricuh. Mereka memiliki niat untuk menyuarakan ketidakpuasan, namun keadaan menjadi tidak terkendali, mengakibatkan pelanggaran hukum yang signifikan.
Dalam persidangan, jaksa membeberkan bahwa motivasi kedua terdakwa untuk ikut serta dalam demonstrasi berasal dari pengaruh media sosial, khususnya TikTok, yang mengajak mereka untuk berpartisipasi. Meskipun awalnya Arpan menolak ajakan Adriyan, akhirnya keduanya memutuskan untuk bergabung dengan demonstran di Mako Brimob.
Proses Hukum dan Dakwaan Terhadap Terdakwa
Setelah mengikuti demonstrasi, jaksa menyampaikan beberapa dakwaan terhadap Arpan dan Adriyan. Keduanya dituduh melanggar pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur tentang pengrusakan fasilitas umum dan perlawanan terhadap aparat kepolisian. Dalam hal ini, mereka dianggap berkontribusi pada situasi yang tidak terkendali saat demonstrasi berlangsung.
Jaksa mengungkapkan bahwa Arpan terlibat dalam pengumpulan berbagai benda untuk keperluan demonstrasi, termasuk pembatas jalan dan kayu. Tindakan ini ditafsirkan sebagai pengrusakan yang merugikan fasilitas umum. Sementara itu, Adriyan juga dituduh melemparkan batu ke arah aparat keamanan yang sedang bertugas, sebuah tindakan yang jelas menunjukkan penolakan terhadap otoritas.
Selama persidangan, jaksa menekankan bahwa kedua terdakwa tidak hanya terlibat dalam aksi damai tetapi juga berpartisipasi dalam kegiatan yang mengakibatkan kerusuhan. Situasi tersebut menimbulkan risiko tinggi bagi keselamatan baik para demonstran maupun aparat kepolisian yang bertanggung jawab atas pengamanan. Hal ini menunjukkan betapa cepatnya keadaan bisa berubah dari aksi protes yang seharusnya damai menjadi kekacauan.
Reaksi Masyarakat dan Dampak Sosial
Reaksi dari masyarakat terhadap kasus ini beragam. Banyak yang mengkritik tindakan kekerasan dalam unjuk rasa, sementara yang lain mempertanyakan kebebasan berekspresi. Protestan sering kali menjadi bagian penting dalam sistem demokrasi, namun ketika situasi berujung pada kekacauan, hal itu memicu pertanyaan tentang bagaimana seharusnya protestan berperilaku.
Banyak pihak berpendapat bahwa demonstrasi merupakan bentuk hak asasi manusia untuk menyampaikan pendapat dan ketidakpuasan. Namun tindakan melawan aparat hukum yang membawa konsekuensi hukum jelas tidak bisa dibenarkan. Kasus ini memberikan pelajaran kepada masyarakat tentang betapa pentingnya menjaga aksi protes tetap damai dan teratur.
Kelanjutan dari persidangan ini akan berdampak langsung pada pandangan publik terhadap tindakan polisi saat mengawal demonstrasi. Beberapa orang menilai bahwa ruh dari demonstrasi sering kali hilang ketika terlibat dalam kekacauan yang dapat merugikan banyak pihak. Oleh karena itu, penting untuk mendorong dialog yang konstruktif dan menghindari tindakan yang dapat memicu ketegangan lebih lanjut.
Penilaian Hukum dan Potensi Sanksi Keduanya
Dalam dakwaan tersebut, Arpan dan Adriyan diancam dengan sanksi penjara paling lama lima tahun. Jika terbukti bersalah, hukuman ini akan menjadi preseden bagi pelanggar lainnya yang juga terlibat dalam tindakan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa hukum akan menindak tegas setiap tindakan yang merugikan orang lain dan fasilitas umum.
Selain itu, mereka juga dihadapkan pada dakwaan lain terkait tindakan kekerasan terhadap aparat kepolisian. Tindakan tidak menghormati panggilan untuk menghentikan aksi juga dituduh sebagai bentuk perlawanan yang serius terhadap otoritas. Persidangan ini bukan hanya mengenai dua individu, tetapi akan mencerminkan bagaimana hukum bisa berfungsi dalam menyelesaikan konflik sosial.
Jika dinyatakan bersalah, keduanya tidak hanya menghadapi risiko penjara, tetapi juga dampak sosial yang lebih luas. Reputasi mereka, karir, dan kesempatan di masa depan dapat mengalami dampak yang signifikan. Hal ini juga dapat berfungsi sebagai pengingat bagi masyarakat tentang konsekuensi dari tindakan yang tidak dipertimbangkan dengan baik.















